UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QURAN HADIST MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
CARD SORT PADA KELAS IV MI TARBIYATUS SHIBYAN GUNUNGWUNGKAL TAHUN PELAJARAN
2014/2015
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor
20 tahun 2003 pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa suatu pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak
bisa di pungkiri bahwa pendidikan Islam baik
sebagai sistem maupun
institusinya, merupakan warisan budaya bangsa yang
berurat berakar pada masyarakat
bangsa Indonesia.
Dengan demikian jelas
bahwa pendidikan
Islam
akan merupakan bagian integral dari
sistem Pendidikan
Nasional.[1]
Kehidupan
dan
peradaban manusia senantiasa
mengalami perubahan. Dalam merespons fenomena itu, manusia berpacu
mengembangkan kualitas pendidikan, salah satunya melalui penyempurnaan
kurikulum, kualitas yang tinggi diperlukan untuk menciptakan
keghidupan yang
cerdas, damai,
terbuka, demokratis
dan mampu bersaing.
Dalam konteks madrasah/ sekolah, agar
lulusannya memiliki
keunggulan kompetensi dan
komparasi maka kurikulum Madrasah/ Sekolah
perlu dikembangkan dengan pendekatan kompetensi dan
tingkat satuan pendidikan. Hal itu dilakukan agar madrasah secara kelembagaan dapat merespon secara
proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi, sehingga madrasah tidak
kehilangan relevansi program pembelajarannya.
Selanjutnya basis kompetensi yang
dikembangkan di madrasah/ sekolah
harus menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah S.W.T, penguasaan keterampilan hidup, kemampuan akademik, seni dan pengembangan kepribadian yang sempurna. Oleh karena itu peranan
dan
efektifitas pendidikan agama di madrasah/ sekolah sebagai landasan bagi pengembangan
sepiritual terhadap kesejahteraan masyarakat mutlak.
harus di
tingkatkan
Pendidikan Agama Islam, karena
asumsinya adalah jika
pendidikan agama
(yang meliputi Alquran Hadist, Aqidah dan Akhlak,
Fiqih dan Sejarah
Kebudayaan Islam) yang dijadikan landasan pengembangan nilai spiritual
dilakukan dengan
baik,
maka kehidupan
masyarakat akan
lebih baik.
Pendidikan Alquran Hadist di madrasah/ sekolah sebagai
landasan yang integral dari pendidikan agama, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik,
tetapi secara subtansial mata pelajaran Alquran Hadist memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
Siswa untuk mempraktikan
nilai-nilai keyakinan
keagamaan (tauhid)
dan akhlaqul karimah dalam
kehidupan sehari-hari.[2]
MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal
adalah Madrasah Ibtidaiyah yang mempunyai orientasi untuk memberikan bekal
pengetahuan,sikap dan ketrampilan kepada siswa untuk mencapai kompetensi
pengetahuan, sikap danketrampilan yang optimal. Berdasarkan hasil observasi
didapatkan bahwa tingkat keaktifan siswa MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal
dalam pembelajaran masih kurang. Hal ini terlihat dari indikator pertama yaitu keaktifan
siswa dalam memperhatikan guru maupun teman yang presentasi 60,00%,
indikator kedua yaitu keaktifan siswa dalam membaca materi pelajaran 73,33%,
indikator ketiga yaitu keaktifan siswa dalam mengeluarkan pendapatnya 40,00%,
indikator keempat yaitu keaktifan siswa dalam mendengarkan 73,33%, indikator
kelima yaitu keaktifan siswa dalam mencatat atau menyalin materi pelajaran
70,00%, dan indikator keenam adalah memecahkan masalah atau soal 36,67%. Berdasarkan
observasi juga ditemukan bahwa pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher
centered learning).
Hal ini terlihat dari proses
pembelajaran yang didominasi oleh metode ceramah, yang menyebabkan penguasaan
konsep siswa masih kurang. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian
siswa yang masih di bawah standar KKM sekolah yaitu 75. Salah satu alternatif
yang diajukan untuk meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran yaitu
dengan implementasi Model Pembelajaran Card Sort.
Card
Sort adalah model pembelajaran yang menggunakan sortir kartu yang
ditujukan kepada siswa untuk membuat kelompok belajar.
Card
Sort memiliki beberapa keunggulan antara lain, pendekatan belajar yang beragam,
lebih mudah dalam mengakses pengetahuan, terjadi interaksi sosial, bersifat kelompok,
menghemat biaya, dan memudahkan dalam pemahaman siswa.
Card
Sort berpeluang menggeser paradigma
pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada pengajar, menuju paradigma
baru yang berpusat pada siswa. Memungkinkan berpeluang meningkatan interaksi
antara siswa dengan pengajar, siswa dengan siswa, siswa/pengajar dengan konten,
siswa/pengajar dengan sumber belajar lainnya, serta berpeluang terjadi
konvergensi antar berbagai metode, media sumber belajar, serta lingkungan
belajar lain yang relevan.
Manfaat Card Sort antara lain proses
belajar mengajar tidak hanya tatap mukasaja, tetapi ada penambahan waktu pembelajaran
dengan memanfaatkan media online ,mempermudah dan mempercepat proses komunikasi
antara guru dan siswa (mitra belajar),serta membantu proses percepatan
pengajaran. Membantu memotivasi keaktifan siswa untuk ikut terlibat dalam
proses pembelajaran. Hal ini akan membentuk sikap kemandirian belajar pada
siswa. Siswa tidak hanya mengandalkan materi yang diberikan oleh guru, tetapi
dapatmencari materi dalam berbagai cara, antara lain, mencari ke perpustakaan,
menanyakan kepada teman kelas atau teman saat pembelajaran.
Oleh karena
itu maka peneliti akan
berusaha melaksanakan kewajiban pembelajaran Alquran Hadist yang aktif dengan metode yang relevan . Itulah yang mendorong peneliti
untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di tempat
peneliti mengajar dengan judul “Upaya Peningkatan
Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadist Melalui Model Pembelajaran
Card Sort Pada Kelas IV MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Tahun Pelajaran
2014/2015 “
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian
di atas, maka
dapat ditemukan rumusan
masalah sebagai berikut : “Apakah
penerapan model Card Sort dapat meningkatan keaktifan belajar siswa kelas IV MI
Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati
melalui?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan
keaktifan belajar siswa melalui penerapan model card sortdalam proses
pembelajaran Al-Qur’an Hadist kelas IV di MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal.
D. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa,
guru, dan sekolah :
- Bagi Siswa.
a. Kompetensi
siswa dibidang Al-Quran Hadist Khususnya pokok surat Al-‟Adiyat
dan Al-Insyiraah dapat dicapai.
b. Menumbuhkan keaktifan
belajar siswa sehingga
hasil belajarnya menjadi lebih
baik.
c. Membiasakan
siswa aktif dalam proses pembelajaran.
- Bagi Guru.
a. Adanya inovasi
model pembelajaran Al-Qur’an
Hadist yang menitik beratkan pada penerapan Model Card Sort.
b. Dapat
terjalin kerja sama atau kolaborasi sesama guru.
c. Memotivasi guru-guru
yang lain di MI
Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati untuk menerapkan model-model pembelajaran
yang baru guna meningkatkan hasil belajar siswa.
- Bagi
Sekolah.
a. Diperoleh
panduan inovatif model pembelajaran Card Sort yang diharapkan dapat dipakai
untuk kelas yang lain.
b. Dapat
memberikan sumbangsih dalam perbaikan pembelajaran pada masa yang akan datang.
c. Melalui
peningkatan kualitas pembelajaran diharapkan MI Tarbiyatus Shibyan
Gunungwungkal Pati dapat berkembang lebih baik.
E. Telaah Pustaka
Dari
uraian tersebut di atas, maka penulis berusaha merefleksi bagaimana caranya
agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk itu penulis mencoba
mengganti metode yang lama dengan metode pembelajaran yang baru yakni model
Card Sort. Alasan penulis memilih model ini karena dianggap relevan dengan
pokok bahasan maupun kondisi siswanya serta sudah ada yang membuktikan bahwa
model Card Sort ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Peneliti yang sudah ada diantaranya:
Pertama,
penelitian dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Sangidin (073111435) dengan
judul ”Efektifitas Metode
Card Sort dalam Mengupayakan Peningkatan Kemampuan Baca
Tulis Al-Qur’an pada Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadist Kelas V di
MI Ma‟arif 11
Pucung Kidul Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap”.
Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode
Card Sort dapat memunculkan Ketkifan Siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
Al-Qur’an Hadist di MI Ma‟arif
11 Pucung Kidul
Kecamatan Kroya Kabupaten
Cilacap. Sebelum diupayakan model
Card Sort, KKM hanya 37,5 %. Setelah adanya Card Sort ada peningkatan di siklus
I meningkat 75 % dan selanjutnya di siklus
II meningkat lagi menjadi 93,75 %.[3]
Kedua,
penelitian dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Ngesti Sulistiyaningsih
Dengan Judul ”Penerapan Strategi
Card Sort dalam Upaya Peningkatan
Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Bagi Siswa Kelas V di MI Ma’arif
Wanurejo Borobudur ”.
Dalam penelitian ini ditemukan hasil yaitu:
- Metode ini
membantu mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
- Setelah
menggunakan strategi Card Sort ini hasil belajar siswa meningkat pada
siklus I adalah 46 % dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 98 %.[4]
Ketiga,
Skripsi Siti Mutmainnah (107398) Dengan Judul “
Upaya Peningkatan Prestasi Belajar melalui Card Sort pada Mata Pelajaran Fiqih
Kelas II MI Sirojul Huda Pasuruan Kayen Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 “.
Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa kegiatan pembelajaran melalui Card
Sort dapat meningkatkan prestasi Siswa dalam Pelajaran Fiqih Kelas II MI
Sirojul Huda Pasuruan Kayen Pati. Sebelum diupayakan Model Card Sort, KKM hanya
37.5 %. Setelah adanya Model Card Sort ada peningkatan disiklus I meningkat
75,5 % dan selanjutnya di siklus II meningkat lagi menjadi 90 %. [5]
Penulis mencoba
untuk mengembangkan model
Card Sort yang sudah ada, mudah-mudahan dapat memberi
kontribusi bagi siswa, guru, sekolah maupun orang tua siswa khususnya pada
kelas IV MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati.
F. Landasan Teori dan Hipotesis
1. Keaktifan
Belajar
a. Pengertian
keaktifan belajar
Keaktifan adalah
kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Aktivitas tidak hanya
ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas
non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan
disini penekanan nya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar
aktif. belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan peserta didik secara fisik, mental intelektual dan emosional guna
mmperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Keaktifan
belajar dapat dilihat dari aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Jika
siswa sudah terlibat di dalam proses pembelajaran, maka siswa akan merasakan
suasana belajar yang menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Belajar
aktif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan rajin dan
sungguh-sungguh. Kegiatan disini sering diartikan dengan kesibukan dan kegiatan
yang mengarahkan seluruh tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu tujuan.
Oleh karena itu, aktivitas dapat dikatakan sebagai kegiatan atau kesibukan
seseorang atau menggunakan tenaga, pikiran untuk mencapai tujuan tertentu
kesemuanya itu untuk mencapai kemampuan yang optimal.
Menurut Paul B. Dierich dalam Hamalik menyimpulkan terdapat 177 macam
kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa,[6]
antara lain:
1)
Kegiatan-kegiatan visual: Membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2)
Kegiatan-kegiatan lisan (oral):
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan
interupsi.
3)
Kegiatan-kegiatan mendengarkan:
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan, mendengakan radio.
4)
Kegiatan-kegiatan menulis: Menulis
cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan
tes, dan mengisi angket.
5)
Kegiatan-kegiatan menggambar:
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6)
Kegiatan-kegiatan metrik:
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
7)
Kegiatan-kegiatan mental: Merenungkan,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat
hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8)
Kegiatan-kegiatan emosional:
minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Dari
uraian di atas maka dapat disimpulkan Keaktifan belajar adalah siswa melakukan
kegiatan secara bebas, tidak takut berpendapat, memecahkan masalah sendiri,
membaca sumber belajar yang diberikan oleh guru, bias belajar secara individu
ataupun kelompok, ada timbale balik antara guru dan siswa baik itu menjawab pertanyaan
ataupun memberikan komentar, dan siswa selalu termotivasi untuk berpendapat.
b. Cara
mengukur keaktifan belajar
Untuk dapat
mengukur keaktifan belajar dapat dilakukan dengan observasi.
Untuk membuat siswa menjadi aktif maka
seorang guru harus lebih kreatif baik itu dalam mengajarnya maupun dalam
memilih strategi dan metode yang tepat untuk dipakai dalam mengajar.
Sebagai
pengajar, guru harus mengatahui tugas utamanya sebagai seorang guru. tugas guru
yang paling utama adalah mengajar dan mendidik anak didik. Sebagai pengajar,
seorang guru merupakan perantara aktif (medium) antara anak didik dan ilmu
pengetahuan. Sedangkan sebagian guru merupakan perantara aktif antara anak
didik dengan haluan filsafat Negara dan kehidupan masyarakat dengan segala macam
aspeknya.
Berkenaan
dengan tugas utama tersebut, seorang guru wajib memiliki segala sesuatu yang
berhubungan dengan tugasnya sebagai pengajar. Seperti pengetahuan,
keterampilan, sifat-sifat kepribadian serta kesehatan jasmani dan rohani.
Peran guru
dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah sangat penting. Peran dan
kedudukan guru yang tepat dari interaksi edukatif tersebut sangat mendukung
keberhasilan murid dalam belajar Bahasa Indonesia dan potensi yang dibawanya
sejak lahir. Ia belajar sesuai individunya masing-msing. Peran guru dalam
membantu proses belajar mengajar murid sangatlah diharapkan. Setiap guru harus
mengetahui sifat khusus murid serta berusaha membantunya semaksimal mungkin.
Guru adalah kunci kebehasilan dari proses
pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu untuk membelajarkan
siswa dan lebih kreatif untuk memilih metode yang cocok untuk diterapkan dalam
proses pembelajaran.
2. Belajar
- Pengertian
Belajar
Menurut pengertian
secara psikologis, belajar merupakan suatu prosses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.[7]
Harold Spears, Learning is to observe, toread, to
imitate, to try something them selves,
to listen, to
follow direction (Dengan
kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca,
meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu).[8]
Sedangkan menurut Clifford
T. Morgan mengemukakan belajar dengan “Learning
is any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of
experience or practice”.
(Belajar adalah setiap perubahan relatif tetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari pengalaman dan latihan).[9]
Diantara
ciri-ciri perubahan tingkah
laku dalam pengertian belajar sebagai berikut:
1) Perubahan
terjadi ssecara sadar. Melaksanakan bahwa seseorang yang belajar akan menyadari
adanya perubahan yang ada dalam dirinya.
2) Perubahan yang
bersifat kontinyu dan
fungsional. Maksudnya bahwa
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan, tidak statis.
3) Perubahan
yang bersifat aktif dan positif. Perubahan bersifat positif maksudnya bahwa
perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan
bersifat aktif maksudnya bahwa
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan
karena usaha individu sendiri.
4) Perubahan
bukan bersifat sementara. Maksudnya perubahan yang terjadi harus bersifat
menetap dan permanen.
5) Perubahan
bertujuan atau terarah. Maksudnya perubahan belajar yang dilakukan senantiasa
terarah kepada tingkah laku yang ditetapkan.
6) Perubahan mencakup
seluruh aspek tingkah
laku. Maksudnya bahwa perubahan
itu akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh baik dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.[10]
Abin syamsuddin Makmum
seperti dikutip oleh Pupuh Fathurrahman, menyebutkan bahwa perubahan perilaku
yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk sebagai berikut:
1) Infomasi
Verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis
maupun tulisan, misalnya pemberian nama- nama terhadap suatu benda, definisi,
dan sebagainya.[11]
2) Kecakapan intelektual,
yaitu keterampilan invidu
dalam melakukakan interkasi dengan likungannya dengan menggunakan
simbol-simbol, misalnya penggunaan simbol matematika.[12]
3) Strategi
Kognitif, yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan
keseluruhan aktivitasnya. Dengan kata
lain, yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir untuk
memperoleh aktivitas yang efektif.[13]
4) Kecakapam
Motorik, yaitu hasil belajar berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh
otot dan fisik.[14]
b. Prinsip-Prinsip
Belajar
William Burton seperti
dikutip oleh Oemar Hamalik, menyimpulkan tentang prinsip-prinsip belajar antara
lain sebagai berikut:
1) Proses belajar
merupakan kesatuan fungsional
dari berbagai prosedur.
2) Hasil-hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.[15]
Dalam buku yang lain
disebutkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah:
1) Berdasarkan
prasyarat yang diperlukan untuk belajar.
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan
partisipasi aktif, meningkatkan minat dan bimbingan untuk mencapai tujuan
intruksional.
b)
Belajar harus dapat
menimbulkan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai
tujuan intruksional.
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana siswa
dapat mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan belajar dengan efektif.
d) Belajar
perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
2) Sesuai
hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontinyu,
maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
b) Belajar adalah
proses organisasi, adaptasi,
eksplorasi, dan discovery.
c) Belajar adalah
proses kontinguinitas (hubungan
antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga
mendapatkan pengertian yang diharapkan.
3) Sesuai
materi/bahan ajar yang harus dipelajari
a) Belajar
bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang
sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
b) Belajar harus
dapat mengembangkan kemampuan
tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.
4) Syarat
keberhasilan belajar
a) Belajar
memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa belajar dengan tenang.
b) Repetisi,
dalam proses belajar mengajar perlu ulangan berkali- kali agar pengertian /
keterampilan / sikap itu mendalam pada siswa.[16]
- Jenis-Jenis
Belajar.
Muhammad Athiyah
Al-Abrosyi seperti dikutip oleh Mustaqim, membagi jenis-jenis belajar menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1) Durusul
Ma’lumat ( Pengetahuan ).
2) Durusul
Maharot (belajar keterampilan).
3) Durusul
Tarqiyatidz Dzangi wal wujdan (belajar perasaan dan hati).[17]
Sedangkan menurut Dr.
Muhammad Al-Hadi Afify seperti oleh Mustaqim, belajar dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu:
1) Al-„Aqliyah
(Akal).
2) Al-Khuluqiyyah
(Akhlak).
3) Al-Jismaniyyah
(Fisik).
4) Al-Ijtimaiyyah
(Sosial).[18]
3. Pembelajaran
Kooperatif.
- Pengertian
Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran Kooperatif
adalah pembelajaran yang
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang
untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Pembelajaran Kooperatif
membuka peluang bagi upaya mencapai tujuan meningkatkan keterampilan sosial siswa.
Menurut Stahl seperti dikutip oleh Isjoni, “The
cooperative behavior and attitudes that contributed to the success and or
failure of these groups”.[19]
Dalam kelompok ini mereka bekerja tidak hanya sebagai kumpulan individual
tetapi merupakan suatu
tim kerja yang
tangguh. Seorang anggota
kelompok bergantung kepada anggota kelompok lainnya. Seorang yang memiliki keunggulan
tertentu akan membagi
keunggulannya dengan lainnya.
- Ciri-ciri
Pembelajaran Kooperatif
Pada hakikatnya
pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh sebab itu banyak guru
yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif,
karena mereka menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun
pembelajaran kooperatif terjadi
dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan
pembelajaran kooperatif.
Bennet seperti dikutip
oleh Isjoni, menyatakan ada lima unsur
dasar yang dapat
membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
1) Positive
Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari oleh adanya
kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana
keberhasilan seseorang merupakan
keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.[20]
2) Interaction
Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya
perantara.[21]
3) Meningkatkan
keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).[22]
4. Model
Card Sort.
- Pengertian
Model Pembelajaran
Model adalah sebuah
gambaran mental yang membantu kita memahami sesesuatu yang tidak bisa kita
lihat atau alami secara langsung.
Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai
proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang
mencoba bertindak berdasarkan
model itu. Model merupakan interpretasi
terhadap hasil observasi
dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Model Pembelajaran
adalah pola yang digunakan pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas
maupun tutorial. Menurut Arends seperti dikutip oleh Agus Suprijono, model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.[23]
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
- Penerapan
Card Sort.
Card Sort (menyortir
kartu) langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut:
1) Guru
menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok sesuai Kompetensi Dasar (KD) /
Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran (jumlah kartu sama dengan jumlah siswa,
kartu terdiri dari kartu induk dan kartu rincian)
2) Seluruh
kartu diacak/dikocok agar campur.
3) Membagikan
kartu kepada siswa, masing-masing mendapat satu kartu.
4) Memerintahkan
setiap siswa bergerak mencari kartu induknya dengan mencocokkan kepada teman
sekelasnya.
5) Setelah
kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, memerintahkan
masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya dipapan tulis secara
urut.
6) Melakukan
koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan hasilnya.
7) Menyuruh salah
satu penganggung jawab
kelompok untuk menjelaskan hasil
sortir kartunya, kemudian meminta komentar dari kelompok lainnya.
8) Memberikan
apresiasi setiap hasil kerja siswa.
9) Melakukan
klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut.[24]
5. Mata
Pelajaran Al-Qur’an hadits
- Pengertian
Al-Qur’an Hadist.
Al-Qur’an
adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk
menjadi pedoman hidup bagi manusia.
- Tujuan
dan Ruang Lingkup Al-Qur’an
Hadist.
Tujuan mata
pelajaran Al-Qur’an
Hadist sebagai berikut:
1) Memberikan
kemampuan dasar kepada siswa dalam membaca, menulis, membiasakan,
dan menggemari membaca
al-Qur‟an dan hadits.
2) Memberikan pengertian,
pemahaman, pengahayatan isi
kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.
3) Membina
dan membimbing perilaku siswa dengan berpedoman pada isi kandungan ayat Al-Qur’an
Hadist.[25]
Sedangkan menurut ruang
lingkup mata pelajaran Al-Qur’an
Hadist di Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan
dasar membeca dan menulis Al-Qur’an
yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
2) Hafalan surat-surat
pendek dalam Al-Qur’an
dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya
melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Pemahaman
dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan menganai hadits yang
berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan,
silaturahmi, taqwa, menyayangi anak yatim, Shalat berjama’ah,
ciri-ciri orang munafiq, dan amal sholeh.
6. Hipotesis Tindakan
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data.[26]
Berdasarkan kerangka berpikir diatas,
maka hipotesis tindakan kelas dari penelitian adalah siswa kelas IV MI
Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati
dapat meningkatkan keaktifan belajar khususnya pada mata pelajaran
Al-Qur’an Hadist pada materi pokok surat Al-‘Adiyat
dan surat Al-Insyiraah melalui model Card Sort.
G. Metode Penelitian.
1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada saat semester
kedua yaitu bulan Maret sampai April Tahun
Pelajaran 2014/2015 di MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati .
2. Subyek Penelitian
Adapun
subyek penelitian ini
adalah kelas IV dengan jumlah siswa
13 yang terdiri dari 5 siswa putra dan 8 siswa putri yang memiliki kemampuan
dan kecerdasan berbeda.
3. Kolaborator Penelitian
Dalam
pelaksanaan
penelitian tindakan kelas,
kolaborasi atau
kerjasama antara guru dan peneliti menjadi hal yang penting terutama dalam pemahaman, kesepakatan, tentang
permasalahan dan pengambilan keputusan yang melahirkan
kesamaan
tindakan. Kegiatan
kolaborasi dilakukan
agar
dapat meringankan dan membantu peneliti untuk mencari jalan keluar permasalahan yang
ada
di kelas.
Dalam hal ini yang
bertindak sebagai kolaborator adalah teman guru sendiri yaitu Noor Faizah,S.Pd.I, karena beliau sudah berpengalaman diharapkan dapat memberikan masukan-masukan demi tercapainya perbaikan
pembelajaran selama
penelitian dilaksanakan.
4. Pendekatan Penulisan
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau PTK. Adapun penjelasan
mengenai PTK sebagai berikut:
a. Pengertian
PTK
Sudah lebih dari sepuluh tahun
yang lalu. Penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia
pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research
(CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi
yang terkandung didalamnya,
yaitu sebuah kegiatan penelitian
yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian
tersebut maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.
1) Penelitian
menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang
bermanfaat dalam
meningkatkanmutu suatu hal yan menrik minat dan penting bagi peneliti.[27]
2) Tindakan
menunjuk pada sesuatu
gerak kegiatan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.[28]
3) Kelas
dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang
pendidikan dan pengajaran,
yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa
yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang dari guru yang sama pula.[29]
Dengan menggabungkan batasan
pengertian tiga kata inti, yaitu: (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.[30]
Munculnya istilah
penelitian tindakan kelas (PTK)
sebenarnya diawali dari istilah “action research”
atau tindakan, secara umum, action
research digunakan untuk
menemukan pemecahan permasalahan
yang dihadapi seseorang dalam tugas sehari-hari dimanapun tempatnya, baik di
kantor, di rumah sakit, di kelas, maupun di tempat-tempat tugas lain. Dengan
demikian “action research”
tiderak berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan menghasilkan teori yang dapat
digunakan secara umum
atau general. Hasil “action research”
hanya terbatas pada kepentingan
penelitiannya sendiri, yaitu
agar dapat melaksanakan tugas
ditempat kerja sehari-hari dengan lebih baik.[31]
Ada
beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk
meningkatkan profesionalisme seorang guru.
1) PTK
sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelasnya. Para guru menjadi reflektifdan kritis terhadap apa
yang ia dan siswanya lakukan.
2) PTK
dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi professional. Guru tidak lagi
sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan
selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai
peneliti dibidangnya.
3) Dengan
melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses
pembelajran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di
kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah
actual dan factual yang berkembang di kelasnya.
4) Pelaksanaan
PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu
meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang
terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5) Dengan
melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan
upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik
pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya. Dalam setiap kegiatan, guru
diharapkan dapat mencermati kekurangan
dan mencari berbagai
upaya sebagai pemecahan.
Guru diharapkan dapat menjiwai dan selalu berPTK.[32]
b. Tujuan
dan Manfaat PTK.
PTK merupakan salah satu cara
yang strategis bagi guru untuk memperbaiki
layanan kependidikan yang
harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan
peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Mengingat tujuan
penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik
pembelajran di kelas secara berkesinambungan.
Manfaat yang dapat dipetik dari
penelitian tindakan kelas, terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain:
1) Inovasi
pembelajaran.
2) Pengembangan
kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat kelas.
3) Peningkatan
profesionalisme guru.
4) Akan
terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang
menjadi tugas utamanya.
5) Akan
terjadi perbaikan dan peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
6) Akan
terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajran di kelas.
7) Akan
terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu ajar,
dan sumber belajar lainnya.
8) Akan
terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
9) Akan
terjadi perbaikan dan pengembangan pribadi siswa di sekolah.[33]
5. Setting dan Siklus Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini dirancang
dlam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadist dengan materi pokok surat Al-Adiyah
dan Al-Insyiraah. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Siklus I untuk materi surat Al-Aldiyat dan siklus II untuk materi surat
Al-Insyiraah.
Siklus I
Siklus II
Apabila dalam dua siklus belum
menunjukkan hasil yang optimal, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya yaitu
siklus ketiga. Adapaun standar kompetensi materi pokok surat Al-Adiyat dan Al-Insyiraah
adalah menghafal surat-surat pendek secara benar dan fasih. Sedangkan
kompetensi dasarnya adalah (a) membaca surat Al-Adiyat dan surat Al-Insyiraah
secara benar dan fasih, (b) menghafalkan surat Al-Adiyat dan surat Al-Insyiraah
secara benar dan fasih.
Langkah-langkah penelitian tindakan kelas
yang dilakukan meliputi:
a. Siklus
I
1) Perencanaan
Pada
tahap ini meliputi:
a) Mengidentifikasi
masalah yang dialami oleh siswa yang meliputi nilai dan tingkah laku.
b) Merencanakan
pembelajan Al-Qur’an Hadist materi pokok
surat Al-Adiyat dan surat Al-Insyiraah melalui model Card Sort yang terdiri
atas menyusun silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c) Menyiapkan
lembar kerja siswa (LKS) dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran.
d) Menyiapkan
alat evaluasi yang berupa tes essai.
e) Menyiapkan
lembar observasi.
2) Pelaksanaan
Pada tahap ini merupakan
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.
Adapun kegiatan yang
dilakukan selama proses
pembelajran dengan model Card Sort pada materi pokok surat Al-Adiyat
adalah sebagai berikut:
a. Guru
mengucapkan salam kemudian berdoa bersama.
b. Guru
mengabsensi kehadiran siswa kemudian membuka pelajaran dan diikuti oleh siswa.
c. Guru
memberikan apersepsi pada siswa dan menjelaskan langkah- langkah kegiatan pembelajran
yang akan dilakukan.
d. Guru
membagi siswa menjadi lima kelompok berdasarkan nomor urut absen.
e. Guru
membacakan surat Al-Adiyat terlebih dahulu dengan baik dan benar kemudian
diikuti oleh masing-masing kelompok siswa.
f. Guru
menunjuk pada salah satu kelompok untuk membacakan lagi surat Al-Adiyat dengan
cara baik dan benar. Dan terus berputar pada kelompok lain.
g. Setelah
semua kelompok dapat giliran membaca kemudian guru memerintahkan kepada semua
kelompok untuk menghafalkan surat Al-Adiyat dengan waktu 15 menit.
h. Setelah batas
waktu selesai, guru
menyuruh pada semua siswa
untuk menutup buku pelajarannya.
i. Guru mengambil
bahan pembelajaran berupa
kartu induk dari kertas kemudian ditempelkan di papan tulis.
j. Guru
memberi kartu rincian pada masing-masing kelompok, tiap kartu rincian berisi
satu lafal atau kata dari surat Al-Adiyat.
k. Setelah semua siswa mendapat
kartu rincian, kemudian
guru menyuruh untuk menempelkan
pada kartu induk
berdasarkan urutan ayat.
l. Guru
member apresiasi pada siswa yang maju untuk menempelkan.
m. Guru
mengoreksi hasil kerja siswa dan menyimpulkan.
n. Guru
member tes tertulis pada siswa untuk mengetahui sejauhmana siswa dalam memahami
materi yang sudah dipelajari bersama.
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan
untuk mengamati jalannya pelaksanaan tindakan, yaitu memantau jalannya proses
pembelajaran model Card Sort pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadist dengan materi surat Al-Adiyat, yang meliputi :
a. Pengamatan
aspek afektif, yang terdiri dari memberi pendapat atau tanggapan, menghargai
pendapat teman lain,
partisipasi dalam kerja kelompok
dan ketepatan menempel kartu pembelajaran.
b. Pengamatan aspek
kognitif, menekankan pada
tes uraian dan hafalan.
c. Mengamati
dan mengidentifikasi hambatan-hambatan yang belum sesuai dengan harapan
penelitian.
4) Refleksi
Pada
tahap ini yang perlu direfleksi adalah:
a. Menganalisis
hasil proses pembelajaran model Card Sort yang telah dijalankan.
b. Mengkaji
mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu dperbaikai pada siklus
berikutnya.
c. Membuat
simpulan sementara pada pelaksanaan Siklus I.
b. Siklus
II
Untuk pelaksanaan siklus
II secara teknis sama seperti pelaksanaan siklus I. Siklus II merupakan
perbaikan dari siklus II dan berdasarkan hasil refleksi siklus I.
Langkah-langkah siklus II sebagai berikut:
1) Perencanaan.
Meninjau kembali rancangan
pembelajaran yang disiapkan untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai
hasil siklus I.
2) Pelaksanaan.
Guru melakukan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah disiapkan sesuai dengan revisi berdasarkan evaluasi pada
siklus I, mengenai langkah-langkah pembelajarannya seperti pada siklus I. Dalam
siklus II dengan materi surat Al-Insyiraah.
3) Pengamatan
Guru melakukan pengamatan yang sama
pada siklus I.
4) Refleksi
Pada tahap ini guru
mendiskusikan dengan kolaboratornya mengenai hasil pengamatan untuk mendapatkan
kesimpulan. Jika pada siklus ini belum mencapai indicator keberhasilan maka
dilanjutkan ke siklus III dengan melakukan perbaikan.
c. Siklus
III
Untuk pelaksanaan
siklus III secara
teknis sama seperti pelaksanaan siklus I dan II. Siklus
III merupakan perbaikan dari siklus I dan siklus II. Secara garis besar
langkah-langkah siklus III adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
Meninjau kembali rangcangan
pembelajaran yang disiapkan untuk siklus III dengan melakukan revisi sesuai
hasil siklus II.
2) Pelaksanaan
Guru melakukan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah disiapkan sesuai revisi berdasarkan evaluasi pada siklus
II. Langkah- langkah pembelajarannya seperti pada siklus I dan II. Dalam siklus
III membahas tentang surat Al-Adiyat dan surat
Al-Insyiraah.
3) Pengamatan
Guru
melakukan pengamatan yang
sama pada siklus
I dan siklus II.
4) Refleksi
Pada tahap ini guru dan kolaborator
mendiskusikan hasil pengamatan
untuk mendapatkan kesimpulan.
Pada siklus ini diharapkan sudah mencapai indikator
keberhasilan, sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa
pada materi pokok
surat Al-Adiyat dan surat Al-Insyiraah kelas IV MI Tarbiyatus Shibyan
Gunungwungkal Pati.
6. Metode Pengumpulan Data
a. Sumber
Data
Sumber data dari penelitian ini
adalah dari siswa dan wali siswa. Data dari siswa digunakan untuk mendapatkan
data tentang keberhasilan penerapan model Card Sort, yang dapat dilihat dari
hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
b. Jenis
Data
Jenis data
yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas
ini adalah kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk
kalimat yang memberi gambaran ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap
suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode
belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian,
antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya.[34]
c. Cara
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan beberapa cara untuk pengumpulan data, yaitu:
1) Kuesioner
(Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.[35]
Skala untuk angket ini menggunakan
skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.
No
|
Nama Siswa
|
Alternatif Jawaban
|
|||
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
||
Keterangan:
Positif
a) SS
(Sangat Senang) skor 4
b) S
(Senang) skor 3
c) TS
(Tidak Senang) skor 2
d) STS
(Sangat Tidak Senang) skor 1
Negatif
a) SS
(Sangat Senang) skor 1
b) S
(Senang) skor 2
c) TS
(Tidak Senang) skor 3
d) STS
(Sangat Tidak Senang) skor 4
2) Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dan diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.[36]
3) Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang
memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah
pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus
diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau
mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.[37]
7. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan
deskriptif kualitatif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum
atau generalisasi.[38]
8. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan dari penelitian
tindakan kelas ini adalah apabila siswa telah
tuntas belajar kognitif dan
afektif dengan nilai 75 dari
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau 70% siswa yang telah tuntas.
H.
Sistematika
Penulisan
Dalam
penyusunan skripsi agar lebih sistematis dan terfokus pada satu pemikiran, maka
dalam pembahasan terperinci sebagai berikut :
Bab
pertama, merupakan pendahuluan yang ditempatkan pada tahap pertama. Dalam
pendahuluan dipaparkan secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan latar
belakang masalah, rumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan
penelitian dan manfaat penelitian.
Bab
kedua, terdiri dari telaah pustaka, berisi tentang tinjauan umum dan deskripsi
tentang penelitian sebelumnya yang sejenis. Diteruskan dengan landasan teori
dan hipotesis tindakan, yaitu sebagai cara pandang dan dasar acuan terhadap
penelitian yang akan dilakukan, serta menentukan jawaban sementara.
Bab
ketiga, terdiri dari metodologi penelitian, metode ini dimaksudkan sebagai
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengambilan data dan penganalisisan.
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang jenis dan pendekatan penelitian, lokasi
dan waktu penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab
keempat, merupakan bab terakhir dalam pembahasan yang memuat tentang gambaran
umum tentang MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati yang menguraikan tentang
letak dan keadaan geografis, sejarah berdiri dan proses perkembangan, struktur
organisasi, keadaan siswa dan karyawan dan keadaan sarana prasarana dan berisi
tentang laporan hasil penelitian tindakan kelas.
Bab
kelima, adalah bab terakhir sebagai penutup. Dalam hal ini terbagi menjadi dua
sub bab, pertama, simpulan dari semua pembahasan yang telah diuraikan,
selanjutnya kritik dan saran yang dianggap perlu. Kemudian dibagian akhir
terdapat daftar pustaka dan beberapa lampiran yang terkait dengan penelitian,
serta curriculum vitae.
I.
Daftar
Pustaka
Abdul
Hamid dan Kadir Djaelani (eds.), Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Depag
RI, ( Jakarta : Direktorat Jenderal Perkembangan Agama Islam, 2003).
Agus Suprijono,
Cooperative Learning, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009).
Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: MC. Grow-Hill, 1971), 170.
Departemen
Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Perkata, (Bandung:
Syamil Cipta Media, 2007).
Hamzah
B. Uno, Teori Motivasi dan pengukurannya, (Jakarta: Bumi aksara, 2009).
Igak Wardhani
dkk, Penelitian Tidakan
Kelas, (Jakarta: Universitas terbuka, 2007), cet. 20,
Isjoni,
Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009).
Ismail
SM., StrategiPembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang:
Rasail,2009).
Mustaqim,
Psikologi Pendidikan, ( Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo,
2009).
Ngesti
Sulistianingsih (073111456), Penerapan Strategi Card Sort Dalam Upaya
Peningkatan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Bagi Siswa Kelas V Di MI Ma’arif Wanurejo
Borobudur, (Skripsi:
Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo, 2009).
Nizar
Alam Hamdani, Classroom Action Research,(Jakarta: Rahayasa, 2008).
Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Permenag
RI Nomor 2, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: 2008).
Pupuh
fathurrahman, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia), cet.1.
Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002).
Sangidin
(073111435), Efektifitas Metode Card Sort Dalam Mengupayakan Peningkatan
Kemampuan Baca Tulis Al-qur’an Pada Mata Pelajaran Al-qur’an Hadits Kelas
V MI Ma’arif 11 Pucung Kidul Kroya Cilacap, (Semarang:
Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009).
Slameto,
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010).
Siti
Mutmainnah (107398) , Upaya Peningkatan Prestasi Belajar melalui Card Sort
pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas II MI Sirojul Huda Pasuruan Kayen Pati Tahun
Pelajaran 2012/2013, ( Skripsi Fakultas Tarbiyah STAI Pati, 2013).
Sugiyono,
Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. 8.
Suhasimi
Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
cet. 5.
Wina Sanjaya,
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007).
Zainal
Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama widya, 2008), cet. 4.
[2]
Ahmad Lutfi; Pembelajaran Alquran
dan Hadits (Jakarta; Direktoral Jendral Pendidikan Islam
Depertemen Agama RI;2009) 3.
[8] Pupuh fathurrahman, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia), 61.
[9] Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: MC. Grow-Hill, 1971),
170.
[25] Permenag RI Nomor
2, Tentang Standar KompetensiKelulusan dan Standar isi PAI dan Bahasa Arab di Madrasah,
(Jakarta: Menteri Agama RI, 2008), 20.
[29] Suhasimi, 2-3.
[30] Suhasimi Arikunto dkk,
6.
[34] Suharsimi Arikunto dkk, 131.
[35] Sugiyono, 142.
No comments:
Post a Comment