Saturday, March 21, 2015

proposal skripsi

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QURAN HADIST MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CARD SORT PADA KELAS IV MI TARBIYATUS SHIBYAN GUNUNGWUNGKAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

A.     Latar Belakang Masalah
            Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa suatu pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa di pungkiri bahwa   pendidika Isla baik   sebaga sistem   maupun   institusinya, merupakan warisan budaya bangsa yang berurat berakar pada masyarakat bangsa  Indonesia.  Dengan  demikian jelas  bahwa pendidikan  Islam  akan merupakan bagian integral dari sistem Pendidikan Nasional.[1]
Kehidupan dan peradaban manusia senantiasa mengalami perubahan. Dalam merespons fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan kualitas pendidikan, salah satunya melalui penyempurnaan kurikulum, kualitas yang tinggi diperlukan untuk menciptakan keghidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis dan mampu bersaing.
Dalam konteks madrasah/ sekolah, agar lulusannya memiliki keunggulan kompetensi dan komparasi maka kurikulum Madrasah/ Sekolah perlu dikembangkan dengan pendekatan kompetensi dan tingkat satuan pendidikan. Hal itu dilakukan agar madrasah secara kelembagaan dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi, sehingga madrasah tidak kehilangan relevansi program pembelajarannya.
Selanjutnya basis kompetensi yang dikembangkan di madrasah/ sekolah  harus  menjamin  pertumbuhan  keimanan  dan  ketaqwaakepada Allah S.W.T, penguasaan keterampilan hidup, kemampuan akademik, seni dan pengembangan kepribadian yang sempurna. Oleh karena itu peranan dan efektifitas pendidikan agama di madrasah/ sekolah sebagai landasan bagpengembangan  sepiritual  terhadakesejahteraan  masyarakat  mutlak.
harus di tingkatkan Pendidikan Agama Islam, karena asumsinya adalah jika pendidikan agama (yang meliputi Alquran Hadist, Aqidah dan Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang dijadikan landasan pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan lebih baik.
Pendidikan Alquran Hadist di madrasah/ sekolah sebagai landasan yang integral dari pendidikan agama, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik, tetapi secara subtansial mata pelajaran Alquran Hadist memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada Siswa untuk mempraktikan  nilai-nilai  keyakinan  keagamaan  (tauhid)  dan  akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari.[2]
MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal adalah Madrasah Ibtidaiyah yang mempunyai orientasi untuk memberikan bekal pengetahuan,sikap dan ketrampilan kepada siswa untuk mencapai kompetensi pengetahuan, sikap danketrampilan yang optimal. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa tingkat keaktifan siswa MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal dalam pembelajaran masih kurang. Hal ini terlihat dari indikator pertama yaitu keaktifan siswa dalam memperhatikan guru maupun teman yang presentasi 60,00%, indikator kedua yaitu keaktifan siswa dalam membaca materi pelajaran 73,33%, indikator ketiga yaitu keaktifan siswa dalam mengeluarkan pendapatnya 40,00%, indikator keempat yaitu keaktifan siswa dalam mendengarkan 73,33%, indikator kelima yaitu keaktifan siswa dalam mencatat atau menyalin materi pelajaran 70,00%, dan indikator keenam adalah memecahkan masalah atau soal 36,67%. Berdasarkan observasi juga ditemukan bahwa pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered learning).
Hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang didominasi oleh metode ceramah, yang menyebabkan penguasaan konsep siswa masih kurang. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa yang masih di bawah standar KKM sekolah yaitu 75. Salah satu alternatif yang diajukan untuk meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran yaitu dengan implementasi Model Pembelajaran Card Sort.
            Card Sort adalah model pembelajaran yang menggunakan sortir kartu yang ditujukan kepada siswa untuk membuat kelompok belajar.
            Card Sort memiliki beberapa keunggulan antara lain, pendekatan belajar yang beragam, lebih mudah dalam mengakses pengetahuan, terjadi interaksi sosial, bersifat kelompok, menghemat biaya, dan memudahkan dalam pemahaman siswa.
            Card Sort  berpeluang menggeser paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada pengajar, menuju paradigma baru yang berpusat pada siswa. Memungkinkan berpeluang meningkatan interaksi antara siswa dengan pengajar, siswa dengan siswa, siswa/pengajar dengan konten, siswa/pengajar dengan sumber belajar lainnya, serta berpeluang terjadi konvergensi antar berbagai metode, media sumber belajar, serta lingkungan belajar lain yang relevan.
Manfaat Card Sort antara lain proses belajar mengajar tidak hanya tatap mukasaja, tetapi ada penambahan waktu pembelajaran dengan memanfaatkan media online ,mempermudah dan mempercepat proses komunikasi antara guru dan siswa (mitra belajar),serta membantu proses percepatan pengajaran. Membantu memotivasi keaktifan siswa untuk ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini akan membentuk sikap kemandirian belajar  pada siswa. Siswa tidak hanya mengandalkan materi yang diberikan oleh guru, tetapi dapatmencari materi dalam berbagai cara, antara lain, mencari ke perpustakaan, menanyakan kepada teman kelas atau teman saat pembelajaran.
Oleh karena itu maka peneliti akan berusaha melaksanakan kewajiban pembelajaran Alquran Hadist yang aktif dengan metode yang relevan .  Itulah  yang  mendorong peneliti  untuk  melakukan  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK)  di  tempat peneliti mengajar dengan judul “Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadist Melalui Model Pembelajaran Card Sort Pada Kelas IV MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Tahun Pelajaran 2014/2015

B.             Rumusan Masalah 
            Dari  uraian  di  atas,  maka  dapat  ditemukan  rumusan  masalah sebagai berikut :  “Apakah penerapan model Card Sort dapat meningkatan keaktifan belajar siswa kelas IV MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati  melalui?”
C.     Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui penerapan model card sortdalam proses pembelajaran Al-Qur’an Hadist kelas IV di MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal.
D.     Manfaat Penelitian
            Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah :
  1. Bagi Siswa.
a.    Kompetensi siswa dibidang Al-Quran Hadist Khususnya pokok surat Al-Adiyat dan Al-Insyiraah dapat dicapai.
b.    Menumbuhkan  keaktifan  belajar  siswa  sehingga  hasil  belajarnya menjadi lebih baik.
c.    Membiasakan siswa aktif dalam proses pembelajaran.
  1. Bagi Guru.
a.    Adanya   inovasi   model   pembelajaran Al-Quran Hadist yang menitik beratkan pada penerapan Model Card Sort.
b.    Dapat terjalin kerja sama atau kolaborasi sesama guru.
c.    Memotivasi   guru-guru   yang   lain   di  MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati untuk menerapkan model-model pembelajaran yang baru guna meningkatkan hasil belajar siswa.
  1. Bagi Sekolah.
a.    Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran Card Sort yang diharapkan dapat dipakai untuk kelas yang lain.
b.    Dapat memberikan sumbangsih dalam perbaikan pembelajaran pada masa yang akan datang.
c.    Melalui peningkatan kualitas pembelajaran diharapkan MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati dapat berkembang lebih baik.
E.     Telaah Pustaka
            Dari uraian tersebut di atas, maka penulis berusaha merefleksi bagaimana caranya agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk itu penulis mencoba mengganti metode yang lama dengan metode pembelajaran yang baru yakni model Card Sort. Alasan penulis memilih model ini karena dianggap relevan dengan pokok bahasan maupun kondisi siswanya serta sudah ada yang membuktikan bahwa model Card Sort ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Peneliti yang sudah ada diantaranya:
            Pertama, penelitian dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Sangidin (073111435) dengan judul Efektifitas  Metode  Card  Sort  dalam Mengupayakan Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Al-Quran pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadist Kelas  V  di MI  Maarif  11  Pucung Kidul Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode Card Sort dapat memunculkan Ketkifan Siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadist di MI Maarif 11  Pucung  Kidul  Kecamatan  Kroya  Kabupaten  Cilacap.  Sebelum diupayakan model Card Sort, KKM hanya 37,5 %. Setelah adanya Card Sort ada peningkatan di  siklus  I meningkat  75  %  dan  selanjutnya di  siklus  II meningkat lagi menjadi 93,75 %.[3]
            Kedua, penelitian dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Ngesti Sulistiyaningsih Dengan Judul Penerapan  Strategi  Card  Sort dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Bagi Siswa Kelas V di MI Maarif Wanurejo Borobudur  . Dalam penelitian ini ditemukan hasil yaitu:
  1. Metode ini membantu mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
  2. Setelah menggunakan strategi Card Sort ini hasil belajar siswa meningkat pada siklus I adalah 46 % dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 98 %.[4]
            Ketiga, Skripsi Siti Mutmainnah (107398) Dengan Judul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar melalui Card Sort pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas II MI Sirojul Huda Pasuruan Kayen Pati Tahun Pelajaran 2012/2013 . Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa kegiatan pembelajaran melalui Card Sort dapat meningkatkan prestasi Siswa dalam Pelajaran Fiqih Kelas II MI Sirojul Huda Pasuruan Kayen Pati. Sebelum diupayakan Model Card Sort, KKM hanya 37.5 %. Setelah adanya Model Card Sort ada peningkatan disiklus I meningkat 75,5 % dan selanjutnya di siklus II meningkat lagi menjadi 90 %. [5]
            Penulis  mencoba  untuk  mengembangkan  model  Card  Sort  yang sudah ada, mudah-mudahan dapat memberi kontribusi bagi siswa, guru, sekolah maupun orang tua siswa khususnya pada kelas IV MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati.
F.      Landasan Teori dan Hipotesis
1.    Keaktifan Belajar
a.       Pengertian keaktifan belajar
Keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan disini penekanan nya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi  belajar aktif. belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental intelektual dan emosional guna mmperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan  psikomotor.
Keaktifan belajar dapat dilihat dari aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Jika siswa sudah terlibat di dalam proses pembelajaran, maka siswa akan merasakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Belajar aktif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan  rajin dan sungguh-sungguh. Kegiatan disini sering diartikan dengan kesibukan dan kegiatan yang mengarahkan seluruh tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, aktivitas dapat dikatakan sebagai kegiatan atau kesibukan seseorang atau menggunakan tenaga, pikiran untuk mencapai tujuan tertentu kesemuanya itu untuk mencapai kemampuan yang optimal.
Menurut Paul B. Dierich dalam Hamalik menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa,[6] antara lain:
1)      Kegiatan-kegiatan visual: Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2)      Kegiatan-kegiatan lisan (oral): Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3)      Kegiatan-kegiatan mendengarkan: Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengakan radio.
4)      Kegiatan-kegiatan menulis: Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5)      Kegiatan-kegiatan menggambar: Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6)      Kegiatan-kegiatan metrik: Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
7)      Kegiatan-kegiatan mental: Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8)      Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
 Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan Keaktifan belajar adalah siswa melakukan kegiatan secara bebas, tidak takut berpendapat, memecahkan masalah sendiri, membaca sumber belajar yang diberikan oleh guru, bias belajar secara individu ataupun kelompok, ada timbale balik antara guru dan siswa baik itu menjawab pertanyaan ataupun memberikan komentar, dan siswa selalu termotivasi untuk berpendapat.
b.       Cara mengukur keaktifan belajar
Untuk dapat mengukur keaktifan belajar dapat dilakukan dengan observasi.
Untuk membuat siswa menjadi aktif maka seorang guru harus lebih kreatif baik itu dalam mengajarnya maupun dalam memilih strategi dan metode yang tepat untuk dipakai dalam mengajar.
Sebagai pengajar, guru harus mengatahui tugas utamanya sebagai seorang guru. tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik anak didik. Sebagai pengajar, seorang guru merupakan perantara aktif (medium) antara anak didik dan ilmu pengetahuan. Sedangkan sebagian guru merupakan perantara aktif antara anak didik dengan haluan filsafat Negara dan kehidupan masyarakat dengan segala macam aspeknya.
Berkenaan dengan tugas utama tersebut, seorang guru wajib memiliki segala sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya sebagai pengajar. Seperti pengetahuan, keterampilan, sifat-sifat kepribadian serta kesehatan jasmani dan rohani.
Peran guru dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah sangat penting. Peran dan kedudukan guru yang tepat dari interaksi edukatif tersebut sangat mendukung keberhasilan murid dalam belajar Bahasa Indonesia dan potensi yang dibawanya sejak lahir. Ia belajar sesuai individunya masing-msing. Peran guru dalam membantu proses belajar mengajar murid sangatlah diharapkan. Setiap guru harus mengetahui sifat khusus murid serta berusaha membantunya semaksimal mungkin.
Guru adalah kunci  kebehasilan dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu untuk membelajarkan siswa dan lebih kreatif untuk memilih metode yang cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.
2.    Belajar
  1. Pengertian Belajar
                        Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu prosses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi  dengan  lingkungannya  dalam  memenuhi  kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.[7] 
Harold Spears, Learning is to observe, toread, to imitate, to try something them selves,  to  listen,  to  follow  direction  (Dengan  kata  lain,  bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu).[8] Sedangkan   menurut   Clifford   T.   Morgan   mengemukakan belajar dengan Learning is any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of experience or practice. (Belajar adalah setiap perubahan relatif tetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari pengalaman dan latihan).[9]
Diantara  ciri-ciri  perubahan  tingkah  laku  dalam  pengertian belajar sebagai berikut:
1)   Perubahan terjadi ssecara sadar. Melaksanakan bahwa seseorang yang belajar akan menyadari adanya perubahan yang ada dalam dirinya.
2)   Perubahan  yang  bersifat  kontinyu  dan  fungsional.  Maksudnya bahwa perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.
3)   Perubahan yang bersifat aktif dan positif. Perubahan bersifat positif maksudnya bahwa perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan  bersifat  aktif maksudnya bahwa perubahan  itu  tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4)   Perubahan bukan bersifat sementara. Maksudnya perubahan yang terjadi harus bersifat menetap dan permanen.
5)   Perubahan bertujuan atau terarah. Maksudnya perubahan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang ditetapkan.
6)   Perubahan  mencakup  seluruh  aspek  tingkah  laku.  Maksudnya bahwa  perubahan  itu  akan  mengalami  perubahan  tingkah  laku secara menyeluruh baik dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.[10]
                        Abin syamsuddin Makmum seperti dikutip oleh Pupuh Fathurrahman, menyebutkan bahwa perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk sebagai berikut:
1)   Infomasi Verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama- nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.[11]
2)   Kecakapan    intelektual,    yaitu    keterampilan    invidu    dalam melakukakan interkasi dengan likungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya penggunaan simbol matematika.[12]
3)   Strategi Kognitif, yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan  aktivitasnya. Dengan kata lain, yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir untuk memperoleh aktivitas yang efektif.[13]
4)   Kecakapam Motorik, yaitu hasil belajar berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.[14]
b.    Prinsip-Prinsip Belajar
                        William Burton seperti dikutip oleh Oemar Hamalik, menyimpulkan tentang prinsip-prinsip belajar antara lain sebagai berikut:
1)   Proses   belajar   merupakan   kesatuan   fungsional   dari   berbagai prosedur.
2)   Hasil-hasil    belajar    adalah    pola-pola    perbuatan,    nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.[15]
                        Dalam buku yang lain disebutkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah:
1)   Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan bimbingan untuk mencapai tujuan intruksional.
b)  Belajar  harus  dapat  menimbulkan  motivasi  yang  kuat  pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional.
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana siswa dapat mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan belajar dengan efektif.
d)  Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
2)   Sesuai hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
b) Belajar  adalah  proses  organisasi,  adaptasi,  eksplorasi,  dan discovery.
c) Belajar   adalah   proses   kontinguinitas   (hubungan   antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
3)   Sesuai materi/bahan ajar yang harus dipelajari
a)    Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
b)   Belajar  harus  dapat  mengembangkan  kemampuan  tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.
4)   Syarat keberhasilan belajar
a)    Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa belajar dengan tenang.
b)   Repetisi, dalam proses belajar mengajar perlu ulangan berkali- kali agar pengertian / keterampilan / sikap itu mendalam pada siswa.[16]
  1. Jenis-Jenis Belajar.
                        Muhammad Athiyah Al-Abrosyi seperti dikutip oleh Mustaqim, membagi jenis-jenis belajar menjadi tiga kelompok, yaitu:
1)   Durusul Malumat ( Pengetahuan ).
2)   Durusul Maharot (belajar keterampilan).
3)   Durusul Tarqiyatidz Dzangi wal wujdan (belajar perasaan dan hati).[17]
                        Sedangkan menurut Dr. Muhammad Al-Hadi Afify seperti oleh Mustaqim, belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1)   Al-Aqliyah (Akal).
2)   Al-Khuluqiyyah (Akhlak).
3)   Al-Jismaniyyah (Fisik).
4)   Al-Ijtimaiyyah (Sosial).[18]
3.    Pembelajaran Kooperatif.
  1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.
                        Pembelajaran   Kooperatif   adalah   pembelajaran   yang   meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan  serta  menyediakan  bahan-bahan  dan  informasi yang  dirancang  untuk  membantu  siswa menyelesaikan  masalah yang dimaksud.
                        Pembelajaran Kooperatif membuka peluang bagi upaya mencapai tujuan meningkatkan keterampilan sosial siswa. Menurut Stahl seperti dikutip oleh Isjoni, The cooperative behavior and attitudes that contributed to the success and or failure of these groups”.[19] Dalam kelompok ini mereka bekerja tidak hanya sebagai kumpulan individual tetapi   merupakan   suatu   tim   kerja   yang   tangguh.   Seorang anggota kelompok bergantung kepada anggota kelompok lainnya. Seorang yang memiliki  keunggulan  tertentu  akan  membagi  keunggulannya  dengan lainnya.
  1. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
                        Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif, karena mereka menganggap telah  terbiasa  menggunakannya.  Walaupun     pembelajaran  kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif.
                        Bennet seperti dikutip oleh Isjoni, menyatakan ada lima unsur  dasar  yang  dapat  membedakan  pembelajaran  kooperatif  dengan kerja kelompok, yaitu:
1)   Positive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari oleh adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok  dimana  keberhasilan  seseorang  merupakan  keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.[20]
2)   Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.[21]
3)   Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).[22]
4.    Model Card Sort.
  1. Pengertian Model Pembelajaran
                        Model adalah sebuah gambaran mental yang membantu kita memahami sesesuatu yang tidak bisa kita lihat atau alami secara langsung.    Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat   sebagai   proses   aktual   yang   memungkinkan   seseorang   atau sekelompok  orang  mencoba  bertindak  berdasarkan  model  itu.  Model merupakan  interpretasi  terhadap  hasil  observasi  dan  pengukuran  yang diperoleh dari beberapa sistem.
                        Model Pembelajaran adalah pola yang digunakan pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arends seperti dikutip oleh Agus Suprijono, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.[23] Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
  1. Penerapan Card Sort.
                        Card Sort (menyortir kartu) langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut:
1)   Guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok sesuai Kompetensi Dasar (KD) / Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran (jumlah kartu sama dengan jumlah siswa, kartu terdiri dari kartu induk dan kartu rincian)
2)   Seluruh kartu diacak/dikocok agar campur.
3)   Membagikan kartu kepada siswa, masing-masing mendapat satu kartu.
4)   Memerintahkan setiap siswa bergerak mencari kartu induknya dengan mencocokkan kepada teman sekelasnya.
5)   Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, memerintahkan masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya dipapan tulis secara urut.
6)   Melakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan hasilnya.
7)   Menyuruh  salah  satu  penganggung  jawab  kelompok  untuk menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian meminta komentar dari kelompok lainnya.
8)   Memberikan apresiasi setiap hasil kerja siswa.
9)   Melakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut.[24]
5.    Mata Pelajaran Al-Quran hadits
  1. Pengertian Al-Quran Hadist.
                        Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia.
  1. Tujuan dan Ruang Lingkup Al-Quran Hadist.
                        Tujuan  mata  pelajaran Al-Quran Hadist sebagai berikut:
1)   Memberikan kemampuan dasar kepada siswa dalam membaca, menulis,  membiasakan,  dan  menggemari  membaca  al-Quran  dan hadits.
2)   Memberikan  pengertian,  pemahaman,  pengahayatan  isi  kandungan ayat-ayat Al-Quran.
3)   Membina dan membimbing perilaku siswa dengan berpedoman pada isi kandungan ayat Al-Quran Hadist.[25]
                        Sedangkan menurut ruang lingkup mata pelajaran Al-Quran Hadist di Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut:
1)   Pengetahuan dasar membeca dan menulis Al-Quran yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
2)   Hafalan   surat-surat   pendek   dalam Al-Quran dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
3)   Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan menganai hadits yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, taqwa, menyayangi anak yatim, Shalat berjamaah, ciri-ciri orang munafiq, dan amal sholeh.
6. Hipotesis Tindakan
            Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat   pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban  yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.[26]
       Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan kelas dari penelitian adalah siswa kelas IV MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati  dapat meningkatkan keaktifan belajar khususnya pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadist pada materi pokok surat Al-Adiyat dan surat Al-Insyiraah melalui model Card Sort.
G.    Metode Penelitian.
1.  Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada saat semester kedua  yaitu bulan Maret sampai April Tahun Pelajaran 2014/2015 di MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati . 
2.  Subyek Penelitian
       Adapun  subyek  penelitian  ini  adalah kelas  IV dengan jumlah siswa 13 yang terdiri dari 5 siswa putra dan 8 siswa putri yang memiliki kemampuan dan kecerdasan berbeda.
3.  Kolaborator Penelitian
Dalam   pelaksanaa penelitia tindaka kelas,   kolaborasi   atau kerjasama antara guru dan peneliti menjadi hal yang penting terutama dalam pemahaman, kesepakatan, tentang permasalahan dan pengambilan keputusan yang  melahirkan  kesamaan  tindakan.  Kegiatan  kolaborasi  dilakukan  agar dapat meringankan dan membantu peneliti untuk mencari jalan keluar permasalahan yang ada di kelas.
Dalam hal ini yang bertindak sebagai kolaborator adalah teman guru sendiri yaitu Noor Faizah,S.Pd.I, karena beliau sudah berpengalaman diharapkan dapat memberikan masukan-masukan demi tercapainya perbaikan pembelajaran selama penelitian dilaksanakan.
4.  Pendekatan Penulisan
       Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau PTK. Adapun penjelasan mengenai PTK sebagai berikut:
a.    Pengertian PTK
               Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah  menunjukkan   isi   yang  terkandung  didalamnya,   yaitu   sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.
1)   Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh    data     atau     informasi     yang     bermanfaat     dalam meningkatkanmutu suatu hal yan menrik minat dan penting bagi peneliti.[27]
2)   Tindakan menunjuk  pada  sesuatu  gerak  kegiatan  yang  sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.[28]
3)   Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam  bidang  pendidikan  dan  pengajaran,  yang  dimaksud  dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang dari guru yang sama pula.[29]
               Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu: (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah  tindakan,  yang sengaja  dimunculkan dan  terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.[30]
               Munculnya  istilah  penelitian  tindakan  kelas  (PTK)  sebenarnya diawali dari istilah action  research atau tindakan, secara umum, action   research   digunakan   untuk   menemukan   pemecahan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam tugas sehari-hari dimanapun tempatnya, baik di kantor, di rumah sakit, di kelas, maupun di tempat-tempat tugas lain. Dengan demikian action research tiderak berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan menghasilkan teori yang dapat digunakan  secara  umum  atau  general. Hasil action  research hanya terbatas   pada   kepentingan   penelitiannya   sendiri,   yaitu   agar   dapat melaksanakan tugas ditempat kerja sehari-hari dengan lebih baik.[31] 
               Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru.
1)   PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Para guru menjadi reflektifdan kritis terhadap apa yang ia dan siswanya lakukan.
2)   PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi professional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti dibidangnya.
3)   Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah actual dan factual yang berkembang di kelasnya.
4)   Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5)   Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya. Dalam setiap kegiatan, guru diharapkan dapat mencermati kekurangan  dan  mencari  berbagai  upaya  sebagai  pemecahan.  Guru diharapkan dapat menjiwai dan selalu berPTK.[32]
b.    Tujuan dan Manfaat PTK.
               PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki  layanan  kependidikan  yang  harus  diselenggarakan  dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Mengingat tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajran di kelas secara berkesinambungan.
               Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas, terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain:
1)   Inovasi pembelajaran.
2)   Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat kelas.
3)   Peningkatan profesionalisme guru.
4)   Akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.
5)   Akan terjadi perbaikan dan peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
6)   Akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajran di kelas.
7)   Akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu ajar, dan sumber belajar lainnya.
8)   Akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
9)   Akan terjadi perbaikan dan pengembangan pribadi siswa di sekolah.[33] 
5.  Setting dan Siklus Penelitian.
       Penelitian tindakan kelas ini dirancang dlam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadist dengan materi pokok surat Al-Adiyah  dan Al-Insyiraah. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I untuk materi surat Al-Aldiyat dan siklus II untuk materi surat Al-Insyiraah.
 



Siklus I




Siklus II





       Apabila dalam dua siklus belum menunjukkan hasil yang optimal, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya yaitu siklus ketiga. Adapaun standar kompetensi materi pokok surat Al-Adiyat dan Al-Insyiraah adalah menghafal surat-surat pendek secara benar dan fasih. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah (a) membaca surat Al-Adiyat dan surat Al-Insyiraah secara benar dan fasih, (b) menghafalkan surat Al-Adiyat dan surat Al-Insyiraah secara benar dan fasih.
       Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilakukan meliputi:
a.    Siklus I
1)      Perencanaan
                        Pada tahap ini meliputi:
a)    Mengidentifikasi masalah yang dialami oleh siswa yang meliputi nilai dan tingkah laku.
b)   Merencanakan pembelajan Al-Quran Hadist materi pokok surat Al-Adiyat dan surat Al-Insyiraah melalui model Card Sort yang terdiri atas    menyusun    silabus    dan    rencana    pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c)    Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran.
d)   Menyiapkan alat evaluasi yang berupa tes essai.
e)    Menyiapkan lembar observasi.
2)      Pelaksanaan
                        Pada tahap ini merupakan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.  Adapun  kegiatan  yang  dilakukan  selama  proses  pembelajran dengan model Card Sort pada materi pokok surat Al-Adiyat adalah sebagai berikut:
a.    Guru mengucapkan salam kemudian berdoa bersama.
b.    Guru mengabsensi kehadiran siswa kemudian membuka pelajaran dan diikuti oleh siswa.
c.    Guru memberikan apersepsi pada siswa dan menjelaskan langkah- langkah kegiatan pembelajran yang akan dilakukan.
d.   Guru membagi siswa menjadi lima kelompok berdasarkan nomor urut absen.
e.    Guru membacakan surat Al-Adiyat terlebih dahulu dengan baik dan benar kemudian diikuti  oleh masing-masing kelompok siswa.
f.     Guru menunjuk pada salah satu kelompok untuk membacakan lagi surat Al-Adiyat dengan cara baik dan benar. Dan terus berputar pada kelompok lain.
g.    Setelah semua kelompok dapat giliran membaca kemudian guru memerintahkan kepada semua kelompok untuk menghafalkan surat Al-Adiyat dengan waktu 15 menit.
h.    Setelah  batas  waktu  selesai,  guru  menyuruh  pada  semua  siswa untuk menutup buku pelajarannya.
i.      Guru  mengambil  bahan  pembelajaran  berupa  kartu  induk  dari kertas kemudian ditempelkan di  papan tulis.
j.      Guru memberi kartu rincian pada masing-masing kelompok, tiap kartu rincian berisi satu lafal atau kata dari surat Al-Adiyat.
k.    Setelah  semua  siswa  mendapat  kartu  rincian,  kemudian  guru menyuruh  untuk  menempelkan  pada  kartu  induk  berdasarkan urutan ayat.
l.      Guru member apresiasi pada siswa yang maju untuk menempelkan.
m.  Guru mengoreksi hasil kerja siswa dan menyimpulkan.
n.    Guru member tes tertulis pada siswa untuk mengetahui sejauhmana siswa dalam memahami materi yang sudah dipelajari bersama.
3)      Pengamatan
                        Pengamatan dilakukan untuk mengamati jalannya pelaksanaan tindakan, yaitu memantau jalannya proses pembelajaran model Card Sort pada mata pelajaran Al-Quran Hadist dengan materi surat Al-Adiyat, yang meliputi :
a.    Pengamatan aspek afektif, yang terdiri dari memberi pendapat atau tanggapan,  menghargai  pendapat  teman  lain,  partisipasi  dalam kerja kelompok dan ketepatan menempel kartu pembelajaran.
b.    Pengamatan  aspek  kognitif,  menekankan  pada  tes  uraian  dan hafalan.
c.    Mengamati dan mengidentifikasi hambatan-hambatan yang belum sesuai dengan harapan penelitian.
4)      Refleksi
                        Pada tahap ini yang perlu direfleksi adalah:
a.    Menganalisis hasil proses pembelajaran model Card Sort yang telah dijalankan.
b.    Mengkaji mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu dperbaikai pada siklus berikutnya.
c.    Membuat simpulan sementara pada pelaksanaan Siklus I.
b.    Siklus II
                        Untuk pelaksanaan siklus II secara teknis sama seperti pelaksanaan siklus I. Siklus II merupakan perbaikan dari siklus II dan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Langkah-langkah siklus II sebagai berikut:
1)      Perencanaan.
            Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus I.
2)      Pelaksanaan.
            Guru melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sesuai dengan revisi berdasarkan evaluasi pada siklus I, mengenai langkah-langkah pembelajarannya seperti pada siklus I. Dalam siklus II dengan materi surat Al-Insyiraah.
3)      Pengamatan
            Guru melakukan pengamatan yang sama pada siklus I.
4)      Refleksi
                 Pada tahap ini guru mendiskusikan dengan kolaboratornya mengenai hasil pengamatan untuk mendapatkan kesimpulan. Jika pada siklus ini belum mencapai indicator keberhasilan maka dilanjutkan ke siklus III dengan melakukan perbaikan.
c.    Siklus III
               Untuk   pelaksanaan   siklus   III   secara   teknis   sama   seperti pelaksanaan siklus I dan II. Siklus III merupakan perbaikan dari siklus I dan siklus II. Secara garis besar langkah-langkah siklus III adalah sebagai berikut:
1)   Perencanaan
          Meninjau kembali rangcangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus III dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus II.
2)   Pelaksanaan
          Guru melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sesuai revisi berdasarkan evaluasi pada siklus II. Langkah- langkah pembelajarannya seperti pada siklus I dan II. Dalam siklus III membahas tentang surat Al-Adiyat dan surat  Al-Insyiraah.
3)   Pengamatan
          Guru  melakukan  pengamatan  yang  sama  pada  siklus  I  dan siklus II.
4)   Refleksi
          Pada tahap ini guru dan kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan   untuk   mendapatkan   kesimpulan.   Pada   siklus   ini diharapkan sudah mencapai indikator keberhasilan, sehingga dapat meningkatkan  motivasi  belajar  siswa  pada  materi  pokok  surat Al-Adiyat dan surat Al-Insyiraah kelas IV MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati.
6.  Metode Pengumpulan Data
a.    Sumber Data
               Sumber data dari penelitian ini adalah dari siswa dan wali siswa. Data dari siswa digunakan untuk mendapatkan data tentang keberhasilan penerapan model Card Sort, yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
b.    Jenis Data
               Jenis  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  tindakan  kelas  ini adalah kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya.[34] 
c.    Cara Pengumpulan Data
               Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa cara untuk pengumpulan data, yaitu:
1)   Kuesioner (Angket)
          Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.[35]
          Skala untuk angket ini menggunakan skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.

No
Nama Siswa
Alternatif Jawaban
SS
S
TS
STS


















Keterangan:
Positif
a)      SS (Sangat Senang) skor 4
b)      S (Senang) skor 3
c)      TS (Tidak Senang) skor 2
d)     STS (Sangat Tidak Senang) skor 1
Negatif
a)      SS (Sangat Senang) skor 1
b)      S (Senang) skor 2
c)      TS (Tidak Senang) skor 3
d)     STS (Sangat Tidak Senang) skor 4
2)   Observasi
          Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dan diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.[36]
3)   Tes
          Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.[37]
7.  Metode Analisis Data
       Metode analisis data menggunakan deskriptif kualitatif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud  membuat  kesimpulan  yang  berlaku  untuk  umum  atau generalisasi.[38]
8.  Kriteria Keberhasilan Penelitian
       Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah apabila siswa telah  tuntas  belajar kognitif  dan  afektif  dengan  nilai  75  dari  KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau 70% siswa yang telah tuntas.
H.                Sistematika Penulisan
            Dalam penyusunan skripsi agar lebih sistematis dan terfokus pada satu pemikiran, maka dalam pembahasan terperinci sebagai berikut :
            Bab pertama, merupakan pendahuluan yang ditempatkan pada tahap pertama. Dalam pendahuluan dipaparkan secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
            Bab kedua, terdiri dari telaah pustaka, berisi tentang tinjauan umum dan deskripsi tentang penelitian sebelumnya yang sejenis. Diteruskan dengan landasan teori dan hipotesis tindakan, yaitu sebagai cara pandang dan dasar acuan terhadap penelitian yang akan dilakukan, serta menentukan jawaban sementara.
            Bab ketiga, terdiri dari metodologi penelitian, metode ini dimaksudkan sebagai langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengambilan data dan penganalisisan. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
            Bab keempat, merupakan bab terakhir dalam pembahasan yang memuat tentang gambaran umum tentang MI Tarbiyatus Shibyan Gunungwungkal Pati yang menguraikan tentang letak dan keadaan geografis, sejarah berdiri dan proses perkembangan, struktur organisasi, keadaan siswa dan karyawan dan keadaan sarana prasarana dan berisi tentang laporan hasil penelitian tindakan kelas.
            Bab kelima, adalah bab terakhir sebagai penutup. Dalam hal ini terbagi menjadi dua sub bab, pertama, simpulan dari semua pembahasan yang telah diuraikan, selanjutnya kritik dan saran yang dianggap perlu. Kemudian dibagian akhir terdapat daftar pustaka dan beberapa lampiran yang terkait dengan penelitian, serta curriculum vitae.




I.        Daftar Pustaka
Abdul Hamid dan Kadir Djaelani (eds.), Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Depag RI, ( Jakarta : Direktorat Jenderal Perkembangan Agama Islam, 2003).

Agus  Suprijono,  Cooperative  Learning,  (Yogyakarta:  Pustaka  Pelajar, 2009).

Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: MC. Grow-Hill, 1971), 170.

Departemen Agama RI, Al-Quran Terjemah Perkata, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2007).

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan pengukurannya, (Jakarta: Bumi aksara, 2009).

Igak  Wardhani  dkk,  Penelitian  Tidakan  Kelas,  (Jakarta:  Universitas terbuka, 2007), cet. 20,

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009).

Ismail SM., StrategiPembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail,2009).

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, ( Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo, 2009).

Ngesti Sulistianingsih (073111456), Penerapan Strategi Card Sort Dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Bagi Siswa Kelas V Di MI Maarif  Wanurejo  Borobudur,  (Skripsi:  Fakultas  Tarbiyah  IAIN  Walisongo, 2009).

Nizar Alam Hamdani, Classroom Action Research,(Jakarta: Rahayasa, 2008).

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).

Permenag RI Nomor 2, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: 2008).

Pupuh fathurrahman, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia), cet.1.

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002).

Sangidin (073111435), Efektifitas Metode Card Sort Dalam Mengupayakan Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Al-quran Pada Mata Pelajaran Al-quran Hadits Kelas V MI Maarif 11 Pucung Kidul Kroya Cilacap, (Semarang: Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009).

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).

Siti Mutmainnah (107398) , Upaya Peningkatan Prestasi Belajar melalui Card Sort pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas II MI Sirojul Huda Pasuruan Kayen Pati Tahun Pelajaran 2012/2013, ( Skripsi Fakultas Tarbiyah STAI Pati, 2013).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif  Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. 8.

Suhasimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 5.

Wina   Sanjaya,   Strategi   Pembelajaran   Berorientasi   Standar   Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007).

Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama widya, 2008), cet. 4.
















[1] . Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan  (Jakarta, Bumi Aksara,2006)  6.
[2] Ahmad Lutfi; Pembelajaran Alquran dan Hadits (Jakarta; Direktoral Jendral Pendidikan Islam Depertemen Agama RI;2009) 3.

                [3] Sangidin (073111435), Efektifitas Metode Card Sort Dalam Mengupayakan Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Al-quran Pada Mata Pelajaran Al-quran Hadits Kelas V MI Maarif Pucung Kidul Kroya Cilacap, (Semarang : Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009).
                [4] Ngesti Sulistianingsih (073111456), Penerapan Strategi Card Sort Dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Aqidah  Akhlak  Bagi  Siswa  Kelas  V  Di  MI  Maarif  Wanurejo Borobudur, (Skripsi: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009).
                [5] Siti Mutmainnah (107398) , Upaya Peningkatan Prestasi Belajar melalui Card Sort pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas II MI Sirojul Huda Pasuruan Kayen Pati Tahun Pelajaran 2012/2013, ( Skripsi Fakultas Tarbiyah STAI Pati, 2013).
[6] Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Rahayasa, 2009) , 38.
            [7] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 2.
[8] Pupuh fathurrahman, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia), 61.
[9] Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: MC. Grow-Hill, 1971), 170.

                [10] Slameto, 3 4.
[11] Pupuh , 65-66.
[12] Pupuh , 65-66.
[13] Pupuh , 65-66.
                [14] Pupuh , 65-66.
                [15] Oemar Hamalik, 31.
                [16] Slameto, 27-28.
[17] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, ( Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo, 2009), 40-41.
[18] Mustaqim, 40-41.

[19] Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), 58.
[20]Isjoni, 59 60.

[21] Isjoni, 59 60.
                [22] Isjoni, 59 60.
[23] Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), 45-46.
            [24] Ismail SM., StrategiPembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail, 2009), 88-89.
[25] Permenag RI Nomor 2, Tentang Standar KompetensiKelulusan dan Standar isi PAI dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Menteri Agama RI, 2008), 20.
                [26] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif  Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. 8, 64
[27] Suhasimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 2-3.
[28] Suhasimi, 2-3.
[29] Suhasimi, 2-3.
[30] Suhasimi Arikunto dkk, 6.
                [31] Nizar Alam Hamdani, Classroom Action Research, (Jakarta : Rahayasa, 2008), 14.
                [32] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Rama Widya, 2008), 13-14.
                [33] Suharsimi Arikunto dkk, 60.
[34] Suharsimi Arikunto dkk, 131.
[35] Sugiyono, 142.
                [36] Sugiyono, 141.
                [37] Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, (Jogjakarta: Mitra Cendikia, 2008), 67.
                [38] Sugiyono, 147.

No comments: