PENDIDIKAN
KEMAUAN DAN PENDIDIKAN JASMANI
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan sekarang ini mengalami kemajuan sangat pesat dalam penggunaan
mediannya, sehingga menciptakan metode-metode pembelajaran yang begitu banyak
guna mengefektifkan proses belajar mengajar yang ada di kelas, namun sekarang
ini banyak masyarakat yang mengeluh dengan out put yang dikeluarkan oleh
sekolah-sekolah ataupun madrasah-madrasah. Seharusnya dengan perkembangan IT dan media
yang digunakan guru dalam mengajar, menghasilkan siswa-siswa yang cerdas dan
berbudi namun fenomena itu kayaknya berkebalikan dengan harapan yang
diinginkan.
Pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan
untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi
masyarakat, dengan wahana aktivitas jasmani.[1] Dalam
pengertian ini terlihat bahwa pendidikan jasmani menekankan pada proses
pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani untuk mendapatkan kebugaran dalam
berbagai hal.
B. TEKS HADIST
Hadist
Terjemahan
a.
Sesungguhnya
setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang
(akan dibalas) sesuai dengan niatnya (HR. al-Bukhāriy dan Muslim)
b.
orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih
cinta kepada Allah dari pada seorang mukmin yang lemah pada setiap kebaikan
(HR. al-Bukhāriy dan Muslim)
Arti
Perkata
Sesungguhnya :
Pekerjaan :
Niat :
Lebih baik :
Mencintai :
Lemah :
Pada setiap :
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pendidikan kemauan, gejala-gejalanya ?
2. Apa pengertian pendidikan jasmani dan maca-macam Pendidikan jasmani ?
C. PEMBAHASAN
1. PENDIDIKAN KEMAUAN
a.
Pengertian Pendidikan Kemauan
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia.
Hal ini karena manusia merupakan makhluk paedagogik yaitu makhluk yang
dilahirkan membawa potensi yang dapat dididik dan mendidik.[2]Di
dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana utuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.[3]
Salah satu tujuan pendidikan adalah memaksimalkan potensi manusia, membantu
manusia untuk berkembang mencapai tingkat kesempurnaan yang setinggi-tingginya.
Tetapi apapun program pendidikan yang dijalankan, hasilnya sangat tergantung,
paling tidak, pada dua hal yaitu dasar falsafah dan metode yang digunakan.[4]
Sedangkan kemauan merupakan salah satu fungsi kehidupan kejiwaan manusia,
Dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan
berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Adapun tujuan kemauan adalah pelaksanaan suatu
tujuan-tujuan yang harus diartikan dalam suatu hubungan.
Dalam pengertian lain dicontohkan bahwa kemauan
dari segi agama ialah niat atau keinginan yang bersumber dari hati untuk
melakukan sesuatu dengan setulus hati tanpa ada paksaan.
b.
Gejalan-Gejala Kemauan
Setelah kita mengetahui dan mempelajari tentang
pengertian kemauan maka akan kami paparkan gejala-gejala kemauan diantaranya
adalah
- Dorongan/motivasi
Dorongan/motivasi ialah daya penggerak di dalam
diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan
tertentu. Dorongan di golongkan menjadi 2, yaitu:
- Dorongan Nafsu, diantaranya Nafsu makan, nafsu seksual, sosial, meniru.
- Dorongan rokhaniyah, diantaranya keamanan, menonjolkan diri, ingin tahu, keindahan, kebaikan, kebebasan, bekerja.
- Keinginan
Keinginan adalah dorongan nafsu yang tertuju
pada suatu benda atauyang kongkrit, keinginan yang dipraktekan bisa menjadi
kebiasaan.misalnya nafsu makan dapat menimbulan keinginan untuk makan sesuatu.
- Hasrat
Hasrat ialah suatu keinginan tertentu yang
dapat diulang-ulang. Adapun cirri-ciri hasrat adalah sebagai berikut:
-
Hasrat merupakan motor penggerak perbuatan dan kelakuan manusia.
-
Hasrat berhubungan erat dengan tujuan tertent, baik positif maupun negative.
-
Hasrat selamanya tidak terpisah dari gejala mengenal (kognisi) dan perasaan
(emosi).
-
Hasrat diarahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan.
- Nafsu dan Hawa Nafsu
Nafsu adalah dorongan yang terdapat pada
tiap-tiap manusia dan member kekuatan bertindak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidup tertentu. Sedangkan hawa nafsu adalah kecerendungan atau keinginan sangat
kuat dan mendesak yang sedikit banyak mempengaruhi jiwa seseorang.
2. PENDIDIKAN JASMANI
Di antara tujuan
pendidikan jasmani adalah menjaga dan memelihara kesehatan badan, seperti:
alat-alat pernafasan, peredaran darah, pencernaan makanan, melatih otot-otot
dan urat saraf, melatih kecekatan, ketangkasan dan sebagainya.[5]
Sehubungan dengan ini, ditemukan beberapa hadis sebagai berikut:
a. Memanah
Uqbah ibn Amir berkata:
Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda ketika beliau sedang berada di atas
minabar: Dan siapkanlah untuk
menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah! Ketahuilah bahwa sesungguhnya
kekuatan itu adalah memanah! Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu
adalah memanah!
Rasulullah SAW. mempunyai perhatian yang serius
terhadap olahraga memanah ini. Hal itu dapat dipahami dari satu hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani.
“Siapa yang telah
mempelajari memanah lalu ia tinggalkan berarti ia sudah mendurhakaiku”.
Dari hadis di atas dapat
dipahami bahwa orang yang sudah trampil memanah harus memelihara ketrampilan
itu. Meninggalkannya dipandang sebagai salah satu bentuk pelanggaran terhadap
anjuran Rasulullah SAW. Itu berarti bahwa beliau sangat mementingkan olahraga
ini.
Al-Bazzar dan Thabrani
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Hendaklah kamu memanah karena ia
adalah permainanmu yang terbaik.” Senada dengan itu, al-Bukhari meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW. pernah memberikan motivasi kepada sahabat agar mereka
bergairah memanah.[6]
Memanah pada dasarnya
adalah menggunakan senjata. Senjata dapat berkembang sesuai dengan perubahan
zaman. Karena pada saat ini senjata sudah beraneka ragam, maka anjuran memanah
itu dapat pula berarti anjuran menggunakan senjata yang modern.
b. Berkuda
Sehubungan dengan olahraga
berkuda ditemukan pula riwayat dari Rasulullah SAW. Di antaranya hadis riwayat
Ibnu Majah dari ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani:
Memanahlah dan kenderailah olehmu (kuda).
Namun, memanah lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang
menjadi permainan seseorang adalah batil kecuali yang memanah dengan busurnya,
mendidik/melatih kudanya dan bersenang-senang dengan istrinya.
Dari hadis di atas dipahami bahwa berkuda dan
memanah termasuk olahraga yang disukai oleh Rasulullah SAW. Kemampuan berkuda dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas-tugas
kehidupan termasuk berdagang dan berperang. Dalam konteks zaman sekarang,
anjuran mengenderai kuda dapat pula diterjemahkan sebagai anjuran menguasai
penggunaan teknologi transportasi. Hal ini sangat dibutuhkan oleh umat Islam.
c. Menjaga Pola Makan
Pola makan seseorang akan berpengaruh
kepada kesehatan jasmaninya. Oleh sebab itu, selain bahan makanan yang memenuhi
persyaratan, polanya harus baik, yaitu tidak berlebihan. Hal ini sesuai dengan
firman Allah Surat al-A'raf/7: 31. Hal itu didukung oleh hadis Rasulullah SAW.
Di antaranya hadis riwayat al-Bukhari, al-Tirmizi, dan Ahmad dari Ibnu ‘Umar:
Ibnu ‘Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW. bersabda: Orang yang beriman itu makan dengan satu usus (perut), sedang
orang kafir makan dengan tujuh usus.
Menurut M. Syuhudi Ismail,
secara tekstual hadis tersebut menjelaskan bahwa usus orang yang beriman
berbeda dari usus orang kafir. Pada hal dalam kenyataan yang lazim, perbedaan
anatomi tubuh manusia tidak disebabkan oleh perbedaan iman. Dengan demikian,
pernyataan hadis itu merupakan ungkapan simbolik. Itu berarti harus dipahami
secara kontekstual.
Perbedaan usus dalam matan
hadis tersebut menunjukkan perbedaan sikap atau pandangan dalam menghadapi
nikmat Allah, termasuk tatkala makan. Orang yang beriman memandang makan bukan
sebagai tujuan hidup, sedangkan orang kafir menempatkan makan sebagai bagian
dari tujuan hidupnya. Karenanya, orang yang beriman mestinya tidak banyak
menuntut dalam kelezatan makan.[7] Itu
berarti juga bahwa orang yang beriman itu harus membatasi makanannya. Makan
harus didasarkan pada kebutuhan tubuh bukan pada selera nafsu belaka.
d. Menjaga Kesersihan
Kebersihan sangat
berpengaruh kepada kesehatan dan keadaan jasmani seseorang. Oleh sebab
itu, Rasulullah SAW. sangat memperhatikan masalah kebersihan ini. Wujud perhatian
beliau dapat dilihat dalam hadis berikut ini:
Abi Malik bercerita bahwa Rasulullah SAW. bersabda,
kebersihan itu sebagian dari iman …(HR Muslim dari Abi malik al-Asy’ariy)
Rasulullah SAW. senang
kepada keteraturan, kebersihan, pemandangan yang indah dan yang baik-baik.
Beliau benci kepada ketidak-teraturan, kekotoran, pemandangan yang jelek dan
bau busuk. Wuduk sebelum salat itu adalah kebersihan dan ibadah. Mandi adalah
kebersihan. Islam mengajak kepada kebersihan tubuh, hati, pakaian, rumah dan
jalan.
Bukti perhatian Rasulullah
SAW. terhadap kebersihan dapat dilihat dalam hadis-hadis baik fi’liyah
maupun qauliyah. Di antaranya, beliau telah memberikan keteladanan dalam
hal menjaga kebersihan. Beliau senatiasa menggosok gigi, mandi dan beristinjak
sehabis buang hajat. Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi SAW. menggosok gigi ketika
masuk (datang) ke rumahnya. Huzaifah berkata, Nabi SAW. ketika bangun pada
malam hari untuk salat, beliau membersihkan mulutnya dengan siwak (menggosok
gigi).[8]
Menjaga kebersihan mulut
dan gigi sangat besar manfaatnya bagi kesehatan. Membiarkannya dalam keadaan
kotor dapat mengundang berbagai penyakit, bahkan bila berlangsung lama, kotoran
mulut dan gigi dapat membawa malapetaka bagi kesehatan seseorang. Perhatian dan
kesungguhan Nabi menjaga kebersihan tersebut perlu dicontoh walaupun teknik dan
alat yang dipergunakan dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Perhatian Rasulullah SAW.
yang lebih serius lagi terhadap masalah kebersihan gigi dan mulut ini dapat
dilihat dalam hadis riwayat Muslim dari Abi Hurairah:
Sekiranya tidak akan memberatkan bagi
orang-orang yang beriman (dalam riwayat Zuhayr, bagi umatku) tentu aku menyuruh
mereka menggosok gigi ketika mendirikan setiap salat.
Dari beberapa hadis di
atas terlihat bahwa Rasulullah saw. sangat memperhatikan kebersihan dan
kesehatan jasmani. Itu berarti bahwa beliau mendidik umatnya agar memperhatikan
jasmani dengan mtode keteladanan dan motivasi.
D. KESIMPULAN
- Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana utuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
- Kemauan merupakan salah satu fungsi kehidupan kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan.
- Kemauan di dalam konsep Islam dapat diartikan niat yang timbul dari hati.
- Dalam konsep Islam, Segala amal perbuatan tergantung pada niat/minat/kemauan seseorang.
- Menurut Paulo Freire, Pendidikan merupakan suatu gerakan pembebasan dan penyadaran manusia.
- Sedangkan Fyans dan Maers mengatakan bahwasanya faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah latar belakang keluarga, kondisi sekolah dan motivasi
- Konsep pendidikan kemuan/niat yang disabdakan oleh Rasulullah bersinergi dengan konsep pendidikan para pakar pendidikan diantaranya oleh Paulo Freire, Fyans dan Maers, bahkan ulama’ kita yaitu KH. M. Hasyim Asy’ari.
DAFTAR PUSTAKA
Al Banna, Hasan, Imam Nawawi, Al-Maktsurat
dan Hadist Arba’in, (Jakarta: Gema Insani, 2007)
Asy’ari, KH.M. Hasyim, Menjadi Orang Pinter
dan Bener (Adab Ta’lim wa Muta’allim), (Jogjakarta: CV. Qalam, 2003)
A. Smith, William, Conscientizacao Tujuan
Pendidikan Paulo Freire, (Yogyakarta: Read Book dan Pustaka Pelajar)
Bakry,M.Ag, Drs. H.Sama’un, Menggagas Konsep
Ilmu Pendidikan Islam, (Bansung: Pustaka Bani Quraisy, 2005)
Daradjat, Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
Hasyimi, Syekh Ahmad. Mukhtarul Hadist
Nabawi, (Semarang: Al-Alawiyah)
Rakhmat, Jalaluddin, Catatan Kang Jalal
(Visi Media, Politikdan Pendidikan), (Bandung: Rosdakarya, 1998)
[4] Jalaluddin Rakhmat, Catatan
Kang Jalal (Visi Media, Politikdan Pendidikan), (Bandung: Rosdakarya,
1998), hlm.351.
[5] M.Ngalim Purwanto,
Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,(Bandung: Remaja
Rosda Karya 2009), cet.ke-19, 188
[7] Abdullah ‘Ulwan, Tarbiyat al-Awlād fi al-Islām, I,
(Beirut; Dar al-Salam, 1401 H = 1981 M), h. 215
No comments:
Post a Comment