Sunday, February 9, 2014

makalah hadist



PENDIDIKAN KEMAUAN DAN PENDIDIKAN JASMANI


A.    PENDAHULUAN
Pendidikan sekarang ini mengalami kemajuan sangat pesat dalam penggunaan mediannya, sehingga menciptakan metode-metode pembelajaran yang begitu banyak guna mengefektifkan proses belajar mengajar yang ada di kelas, namun sekarang ini banyak masyarakat yang mengeluh dengan out put yang dikeluarkan oleh sekolah-sekolah ataupun madrasah-madrasah. Seharusnya dengan perkembangan IT dan media yang digunakan guru dalam mengajar, menghasilkan siswa-siswa yang cerdas dan berbudi namun fenomena itu kayaknya berkebalikan dengan harapan yang diinginkan.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat, dengan wahana aktivitas jasmani.[1] Dalam pengertian ini terlihat bahwa pendidikan jasmani menekankan pada proses pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani untuk mendapatkan kebugaran dalam berbagai hal.

B.     TEKS HADIST
Hadist









Terjemahan
a.       Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya (HR. al-Bukhāriy dan Muslim)
b.       orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih cinta kepada Allah dari pada seorang mukmin yang lemah pada setiap kebaikan (HR. al-Bukhāriy dan Muslim)
Arti Perkata
Sesungguhnya :
Pekerjaan         :
Niat                 :
Lebih baik       :
Mencintai        :
Lemah             :
Pada setiap       :
Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Pendidikan kemauan, gejala-gejalanya ?
2.      Apa pengertian pendidikan jasmani dan maca-macam Pendidikan jasmani ?








C.    PEMBAHASAN

1.      PENDIDIKAN KEMAUAN
a.    Pengertian Pendidikan Kemauan
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia. Hal ini karena manusia merupakan makhluk paedagogik yaitu makhluk yang dilahirkan membawa potensi yang dapat dididik dan mendidik.[2]Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana utuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[3] Salah satu tujuan pendidikan adalah memaksimalkan potensi manusia, membantu manusia untuk berkembang mencapai tingkat kesempurnaan yang setinggi-tingginya. Tetapi apapun program pendidikan yang dijalankan, hasilnya sangat tergantung, paling tidak, pada dua hal yaitu dasar falsafah dan metode yang digunakan.[4]
Sedangkan kemauan merupakan salah satu fungsi kehidupan kejiwaan manusia, Dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Adapun tujuan kemauan adalah pelaksanaan suatu tujuan-tujuan yang harus diartikan dalam suatu hubungan.
Dalam pengertian lain dicontohkan bahwa kemauan dari segi agama ialah niat atau keinginan yang bersumber dari hati untuk melakukan sesuatu dengan setulus hati tanpa ada paksaan.
b.    Gejalan-Gejala Kemauan
Setelah kita mengetahui dan mempelajari tentang pengertian kemauan maka akan kami paparkan gejala-gejala kemauan diantaranya adalah
  1. Dorongan/motivasi
Dorongan/motivasi ialah daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Dorongan di golongkan menjadi 2, yaitu:
  1. Dorongan Nafsu, diantaranya Nafsu makan, nafsu seksual, sosial, meniru.
  2. Dorongan rokhaniyah, diantaranya keamanan, menonjolkan diri, ingin tahu, keindahan, kebaikan, kebebasan, bekerja.
  3. Keinginan
Keinginan adalah dorongan nafsu yang tertuju pada suatu benda atauyang kongkrit, keinginan yang dipraktekan bisa menjadi kebiasaan.misalnya nafsu makan dapat menimbulan keinginan untuk makan sesuatu.
  1. Hasrat
Hasrat ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang. Adapun cirri-ciri hasrat adalah sebagai berikut:
-          Hasrat merupakan motor penggerak perbuatan dan kelakuan manusia.
-          Hasrat berhubungan erat dengan tujuan tertent, baik positif maupun negative.
-          Hasrat selamanya tidak terpisah dari gejala mengenal (kognisi) dan perasaan (emosi).
-          Hasrat diarahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan.
  1. Nafsu dan Hawa Nafsu
Nafsu adalah dorongan yang terdapat pada tiap-tiap manusia dan member kekuatan bertindak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu. Sedangkan hawa nafsu adalah kecerendungan atau keinginan sangat kuat dan mendesak yang sedikit banyak mempengaruhi jiwa seseorang.


2.       PENDIDIKAN JASMANI
Di antara tujuan pendidikan jasmani adalah menjaga dan memelihara kesehatan badan, seperti: alat-alat pernafasan, peredaran darah, pencernaan makanan, melatih otot-otot dan urat saraf, melatih kecekatan, ketangkasan dan sebagainya.[5] Sehubungan dengan ini, ditemukan beberapa hadis sebagai berikut:

a. Memanah
Uqbah ibn Amir berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda ketika beliau sedang berada di atas minabar: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah  memanah! Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah  memanah! Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah  memanah!
Rasulullah SAW. mempunyai perhatian yang serius terhadap olahraga memanah ini. Hal itu dapat dipahami dari satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani.
Siapa yang telah mempelajari memanah lalu ia tinggalkan berarti ia sudah mendurhakaiku”.
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa orang yang sudah trampil memanah harus memelihara ketrampilan itu. Meninggalkannya dipandang sebagai salah satu bentuk pelanggaran terhadap anjuran Rasulullah SAW. Itu berarti bahwa beliau sangat mementingkan olahraga ini.
Al-Bazzar dan Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Hendaklah kamu memanah karena ia adalah permainanmu yang terbaik.” Senada dengan itu, al-Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. pernah memberikan motivasi kepada sahabat agar mereka bergairah memanah.[6]
Memanah pada dasarnya adalah menggunakan senjata. Senjata dapat berkembang sesuai dengan perubahan zaman. Karena pada saat ini senjata sudah beraneka ragam, maka anjuran memanah itu dapat pula berarti anjuran menggunakan senjata yang modern.

b. Berkuda
Sehubungan dengan olahraga berkuda ditemukan pula riwayat dari Rasulullah SAW.  Di antaranya hadis riwayat Ibnu Majah dari ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani:
Memanahlah dan kenderailah olehmu (kuda). Namun, memanah lebih saya sukaidaripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi permainan seseorang adalah batil kecuali yang memanah dengan busurnya, mendidik/melatih kudanya dan bersenang-senang dengan istrinya.
Dari hadis di atas dipahami bahwa berkuda dan memanah termasuk olahraga yang disukai oleh Rasulullah SAW. Kemampuan berkuda dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan termasuk berdagang dan berperang. Dalam konteks zaman sekarang, anjuran mengenderai kuda dapat pula diterjemahkan sebagai anjuran menguasai penggunaan teknologi transportasi. Hal ini sangat dibutuhkan oleh umat Islam.
c. Menjaga Pola Makan
Pola makan seseorang akan berpengaruh kepada kesehatan jasmaninya. Oleh sebab itu, selain bahan makanan yang memenuhi persyaratan, polanya harus baik, yaitu tidak berlebihan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat al-A'raf/7: 31. Hal itu didukung oleh hadis Rasulullah SAW.  Di antaranya hadis riwayat al-Bukhari, al-Tirmizi, dan Ahmad dari Ibnu ‘Umar:
Ibnu ‘Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Orang yang beriman itu makan dengan satu usus (perut), sedang orang kafir makan dengan tujuh usus.
Menurut M. Syuhudi Ismail, secara tekstual hadis tersebut menjelaskan bahwa usus orang yang beriman berbeda dari usus orang kafir. Pada hal dalam kenyataan yang lazim, perbedaan anatomi tubuh manusia tidak disebabkan oleh perbedaan iman. Dengan demikian, pernyataan hadis itu merupakan ungkapan simbolik. Itu berarti harus dipahami secara kontekstual.
Perbedaan usus dalam matan hadis tersebut menunjukkan perbedaan sikap atau pandangan dalam menghadapi nikmat Allah, termasuk tatkala makan. Orang yang beriman memandang makan bukan sebagai tujuan hidup, sedangkan orang kafir menempatkan makan sebagai bagian dari tujuan hidupnya. Karenanya, orang yang beriman mestinya tidak banyak menuntut dalam kelezatan makan.[7] Itu berarti juga bahwa orang yang beriman itu harus membatasi makanannya. Makan harus didasarkan pada kebutuhan tubuh bukan pada selera nafsu belaka.
d. Menjaga Kesersihan
Kebersihan sangat berpengaruh kepada kesehatan dan keadaan jasmani seseorang. Oleh sebab itu,  Rasulullah SAW. sangat memperhatikan masalah kebersihan ini. Wujud perhatian beliau dapat dilihat dalam hadis berikut ini:
Abi Malik bercerita bahwa Rasulullah SAW. bersabda, kebersihan itu sebagian dari iman …(HR Muslim dari Abi malik al-Asy’ariy)

Rasulullah SAW. senang kepada keteraturan, kebersihan, pemandangan yang indah dan yang baik-baik. Beliau benci kepada ketidak-teraturan, kekotoran, pemandangan yang jelek dan bau busuk. Wuduk sebelum salat itu adalah kebersihan dan ibadah. Mandi adalah kebersihan. Islam mengajak kepada kebersihan tubuh, hati, pakaian, rumah dan jalan.
Bukti perhatian Rasulullah SAW. terhadap kebersihan dapat dilihat dalam hadis-hadis baik fi’liyah maupun qauliyah. Di antaranya, beliau telah memberikan keteladanan dalam hal menjaga kebersihan. Beliau senatiasa menggosok gigi, mandi dan beristinjak sehabis buang hajat. Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi SAW. menggosok gigi ketika masuk (datang) ke rumahnya. Huzaifah berkata, Nabi SAW. ketika bangun pada malam hari untuk salat, beliau membersihkan mulutnya dengan siwak (menggosok gigi).[8]
Menjaga kebersihan mulut dan gigi sangat besar manfaatnya bagi kesehatan. Membiarkannya dalam keadaan kotor dapat mengundang berbagai penyakit, bahkan bila berlangsung lama, kotoran mulut dan gigi dapat membawa malapetaka bagi kesehatan seseorang. Perhatian dan kesungguhan Nabi menjaga kebersihan tersebut perlu dicontoh walaupun teknik dan alat yang dipergunakan dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Perhatian Rasulullah SAW. yang lebih serius lagi terhadap masalah kebersihan gigi dan mulut ini dapat dilihat dalam hadis riwayat Muslim dari Abi Hurairah:
Sekiranya tidak akan memberatkan bagi orang-orang yang beriman (dalam riwayat Zuhayr, bagi umatku) tentu aku menyuruh mereka menggosok gigi ketika mendirikan setiap salat.
Dari beberapa hadis di atas terlihat bahwa Rasulullah saw. sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan jasmani. Itu berarti bahwa beliau mendidik umatnya agar memperhatikan jasmani dengan mtode keteladanan dan motivasi.

D.    KESIMPULAN
  1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana utuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
  2. Kemauan merupakan salah satu fungsi kehidupan kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan.
  3. Kemauan di dalam konsep Islam dapat diartikan niat yang timbul dari hati.
  4. Dalam konsep Islam, Segala amal perbuatan tergantung pada niat/minat/kemauan seseorang.
  5. Menurut Paulo Freire, Pendidikan merupakan suatu gerakan pembebasan dan penyadaran manusia.
  6. Sedangkan Fyans dan Maers mengatakan bahwasanya faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah latar belakang keluarga, kondisi sekolah dan motivasi
  7. Konsep pendidikan kemuan/niat yang disabdakan oleh Rasulullah bersinergi dengan konsep pendidikan para pakar pendidikan  diantaranya oleh Paulo Freire, Fyans dan Maers, bahkan ulama’ kita yaitu KH. M. Hasyim Asy’ari.








DAFTAR PUSTAKA
Al Banna, Hasan, Imam Nawawi, Al-Maktsurat dan Hadist Arba’in, (Jakarta: Gema Insani, 2007)
Asy’ari, KH.M. Hasyim, Menjadi Orang Pinter dan Bener (Adab Ta’lim wa Muta’allim), (Jogjakarta: CV. Qalam, 2003)
A. Smith, William, Conscientizacao Tujuan Pendidikan Paulo Freire, (Yogyakarta: Read Book dan Pustaka Pelajar)
Bakry,M.Ag, Drs. H.Sama’un, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Bansung: Pustaka Bani  Quraisy, 2005)
Daradjat, Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
Hasyimi, Syekh Ahmad. Mukhtarul Hadist Nabawi, (Semarang: Al-Alawiyah)
Rakhmat, Jalaluddin, Catatan Kang Jalal (Visi Media, Politikdan Pendidikan), (Bandung: Rosdakarya, 1998)



[1] Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.16.

[2] Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.16.
[3] Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm. 21-22
[4] Jalaluddin Rakhmat, Catatan Kang Jalal (Visi Media, Politikdan Pendidikan), (Bandung: Rosdakarya, 1998), hlm.351.

[5]  M.Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,(Bandung: Remaja Rosda Karya 2009), cet.ke-19, 188

[6] Al-Bukhariy, Op.cit., Juz 2, h. 1134
[7] Abdullah ‘Ulwan, Tarbiyat al-Awlād fi al-Islām, I, (Beirut; Dar al-Salam, 1401 H  = 1981 M), h. 215

[8] Al-Bukhari, op. cit., Juz 1, h. 109

No comments: